Rabu, 30 Januari 2013

BEAST BIO

hay hayy... ketemu lagii with Dinna.. tepuk tangan semua na.... prok prok prok.. okehh... sekarang kita bakal bahas habis-habisan soal my favorite k-pop ... who is it??? yahh .. udahh nongol foto na ituhh.. ofcourse BEAST !!!! 


hohoyyy,,, how cool they are... *melukmeluk*

gue pertama kali jatuh cinta pas liat mv mereka "MIDNIGHT".. yeahh i'm new B2UTY... buat gue mereka itu bener" boyband yg unik... karakter berbeda dan punya suara khas masing"... o em ji.. 'n jujur dehh yahh,, yg bikin gue jatuh cinta itu adalah sii Yoon Doojoon.. yup, Leader dari B2ST... nahh,, gra" dia itu, gue penasaran ma B2ST.. ehh akhirnya kesemsem sama semua lagu na.. ajegile,,, kereeeeeennnnnnnnnn bangetttttt...


eiiittss... cukup dlu curhatnya.. yuks kita intip bio mereka.. cekidott,,,,


BEAST (비스트) atau B2ST adalah sebuah boy band Korea Selatan di bawah naungan Cube Entertainment. Grup ini pada awalnya dinamakan B2ST, singkatan untuk Boys to Search for Top, namun diganti menjadi BEAST (Boys of the EAst Standing Tall) beberapa hari sebelum debut. Mereka keluar dengan album mini sulung Beast Is The B2ST pada 14 Oktober 2009. BEAST terdiri dari enam anggota yakni Doo Joon, Hyun Seung, Jun Hyung, Yo Seob, Gi Kwang, dan Dong Woon. Mereka berada di bawah agensi Cube Entertainment.

wait wait.. sebelum kita lebih lanjut lagi, gue mo klarifikasi dulu.. banyak yang bilang kalo Cube intertainment itu Sister company JYP entertainment.. tunggu dulu.. menurut situs http://id.wikipedia.org/wiki/Cube_entertainment , Cube Entertainment/ Play CUBE Entertainment adalah perusahaan rekaman Korea Selatan, didirikan di Korea Selatan pada tahun 2008 oleh Hong Seung-Sung, mantan karyawan JYP Entertainment. CUBE Entertainment, yang sering kali keliru sebagai perusahaan adik JYP Entertainment, adalah sebuah perusahaan independen. BEAST mulai meraih popularitas setelah menandatangani kontrak dengan Universal Music Grup sehingga bisa melakukan promo internasional.

Pada 23 Januari 2010, bersama 4Minute mereka melakukan promosi di Taiwan. BEAST meraih penghargaan sebagai Best Newcomer Award pada Seoul Music Awards ke-19 pada 3 Februari 2010 bersama T-Ara dan After School. BEAST melakukan debut di Jepang dengan merilis album studio pertama dan menggelar tur fan meeting Asia mereka yang pertama semenjak 27 Februari 2011.

Awalnya B2ST mendapat perhatian karena kurangnya industri sukses sebelumnya dialami oleh anggotanya, dengan media menyebut mereka sebagai "kelompok bahan daur ulang". Namun, mereka akhirnya telah mencapai penghargaan komersial dan kritik signifikan dengan waktu, memenangkan penghargaan Bonsang di Seoul Music Awards pada 2011 dan 2012. Beast memenangkan penghargaan Artist of the Year (Daesang) di Melon Music Awards dan Gaon Chart Awards untuk kuartal kedua tahun pada tahun 2011.[4][5] "Fiction" also won a Daesang for "Song of the Year" at the 2011 KBS Music Festival.

nahh ini nih daftar lagu/album mereka.. cekidot..


Diskografi Korea  
Album studio
2011: Fiction and Fact  
Album mini
2009: Beast Is the B2ST
2010: Shock of the New Era
2010: Mastermind
 2010: Lights Go On Again
2010: My Story
2012: Midnight Sun  
Singel Digital
2012: I Knew It

Diskografi Jepang  
Album studio
2011: So Beast  
Singel
2011: Shock
2011: Bad Girl
2012 : Midnight

Okee.. sekarangg kita bakal bahas soal member na yawh,,, yuuukk mariiii..


Real Name: Yoon Doo Joon (윤두준) 
Birthday: July 4, 1989 
Stage Name: Dujun 
Nickname: 3 sec sharing 
Height/Weight: 180 cm/67 kg 
 Position: Leader, Vocalist, Lead Rapper 
Blood Type: A 
Specialty: Vocal/Rap/Soccer 
Education: ada yg bilang Dongshin University, tapi ada jugga yg bilang Kyung Hee Cyber University 
Hobbies: Listening to hip hop & R&B, soccer, and playing games. 
Misc Info: He was first appeared on Mnet's Hot Blood documentary as one of the candidates for JYPE group One Day. Currently he is one of the rappers for AJ?s Wiping the Tears.

Twitter: http://twitter.com/BeeeestDJ 

Real Name: Jang Hyun Seung (장현승) 
Former Stage Name: So-1 
Date of birth: September 3, 1989 
Nickname: Rancho 
Position: Lead Vocalist, Main Dancer 
Education: Anshan Information Industry High School 
Specialty: beat box 
Height/Weight: 176cm/58kg 
Blood Type: B 
Hobbies: Web surfing and bowling. 
Misc Info: He was eliminated from YG group Big Bang in the ninth episode of their documentary.

Real Name: Yong Jun Hyung (용준형) 
Stage Name under Xing: Poppin' Dragon 
Date of birth: December 19, 1989 
Nickname: yonggun 
Position: Main Rapper 
Education: Anyang Arts High School 
Specialties: Dance
 Height/Weight: 179cm/64kg 
Blood Type: O 
Hobbies: writing lyrics, watching movies, and dancing. 
Misc Info: He was first debuted with group Xing and he rapped for AJ's Wiping the Tears. 

Twitter: http://twitter.com/Joker891219


Real Name: Lee Gi Kwang (이기광) 
Date of birth: March 30, 1990 
Nickname: Ace Jr., Holly 2 
Position: Lead Vocalist, Lead Dancer 
Education: Seoul Absence of Comprehensive Art School 
Specialties: dance 
Hobbies: watching movies, sports, and dancing. 
Birth place: Seoul 
Blood Type: A 
Height/Weight: 174 cm/58 kg 
Trainee Years: 4 years under JYPE 
Favorite Singers: Taeyang, Omarion, Usher 
Misc Info: Originally debuted as solo artist. Will be changing his stage name soon.

Twitter: http://twitter.com/B2stGK 


Real Name: Yang Yo Seob (양요섭) 
Date of birth: January 5, 1990 
Nickname: 양요, endorphins, siksin 
Position: Main Vocalist 
Education: University of East Broadcasting Arts [absent for about 1 year] 
Specialty: beat box, jalmeokgi 
Height/Weight: 174cm/56kg 
Blood Type: B 
Hobbies: Writing lyrics 
Training: Trained under M-Boat 
Specialty: Vocals 
Misc Info: He was AJ's high school friend.


Real Name: Son Dong Woon (손동운) 
Date of birth: June 6, 1991 
Nickname: Sonseuko, 16 DESEMBER
Position: Vocalist, Rapper, Maknae 
Education: High School hanyoung 
Specialty: Piano and traditional chinese 
Height/Weight: 181cm/64kg 
Blood Type: A 
Hobbies: lyrics writing and reading 
Misc Info: Long-time JYPE trainee. Teased jokingly by fans for looking Thai, especially around 2PM's Nichkhun,who is said to look more Korean than Son Dong Woon. 

Twitter: http://twitter.com/beastdw 




 SUMBER :
http://sumandu.wordpress.com/kpop-profiles/boy-groups/beast-b2st-profile/
http://www.koreaindo.net/2012/01/profil-dan-biodata-beast-b2st.html
http://id.wikipedia.org/wiki/Cube_entertainment
http://id.wikipedia.org/wiki/B2ST

Kamis, 24 Januari 2013

dinna says hello again :D

huy huyy.... we back with dinna's here.. yay!! baru nongol lagi setelah sekian lama gag nengokin nih blog.. udah rada berkarat dan penuh sarang laba-laba kaya na.. wkwk ada banyak post'n yg baru nih,, tapi maap yahh,agak berantakan T.T huhu.. semoga bermanfaat... see u..

Sistem Kardiovaskuler

PENDAHULUAN Hanya dalam beberapa hari setelah konsepsi sampai kematian, jantung terus menerus berdetak. Pada kenyataannya, sepanjang rentang usia manusia rata – rata, jantung berkontraksi sekitar tiga miliar kali, tidak pernah beristirahat, kecuali sepersekian detik diantara denyutan. Dalam sekitar tiga minggu setelah pembuahan, bahkan sebelum ibu dapat memastikan bahwa ia hamil, jantung mudigah yang sedang berkembang sudah mulai berfungsi. Diyakini bahwa jantung merupakan organ pertama yang berfungsi. Sebelum membahas lebih lanjut tentang jantung, ada baiknya kita mengerti dahulu apa pengertian dari jantung itu sendiri. Jantung adalah bagian lambung yang langsung menempel pada dan mengelilingi ostium cardiacum antara esofagus dan bagian lambung yang menempel langsung pada dan mengelilingi ostium. ( Sumber : Kamus Kedokteran Dorland). Fungsi jantung adalah sebagai pompa yang melakukan tekanan terhadap darah untuk menimbulkan gradien tekanan yang diperlukan agar darah dapat mengalir ke jaringan. Darah, seperti cairan lain, mengalir dari daerah yang bertekanan tinggi ke daerah yang bertekanan rendah sesuai penurunan gradien tekanan. (Sumber : Fisiologi Sherwood) Adapun tujuan dari makalah ini adalah untuk mengetahui anatomi, histologi serta fisiologi jantung yang normal. Oleh sebab itu, dalam makalah ini akan dijabarkan satu persatu mulai dari anatomi, histologi, fisiologi, pengaruh olahraga terhadap jantung serta pemeriksaan terhadap jantung. PEMBAHASAN Jantung terletak didalam rongga mediastinum dari ronga dada (toraks) diantara kedua paru. Selaput yang melapisi jantung disebut perikardium yang terdiri atas 2 lapisan: • Perikardium parietalis, yaitu lapisan luar yang melekat pada tulang dada dan selaput paru. • Perikardium viseralis, yaitu lapisan permukaan dari jantung itu sendiri yang juga disebut epikardium. Diantara kedua lapisan tersebut terdapat cairan perikardium sebagai pelumas yang berfungsi mengurangi gesekan akibat gerak jantung saat memompa. A. STRUKTUR JANTUNG Dinding jantung terdiri dari 3 lapisan: 1. Lapisan luar disebut epikardium atau perikardium. 2. Lapisan tengah merupakan lapisan berotot, disebut miokardium. 3. Lapisan dalam disebut endokardium. B. RUANG JANTUNG Jantung terdiri dari 4 ruang, yaitu dua ruang yang berdinding tipis disebut atrium (serambi), dan 2 ruang yang berdinding tebal disebut ventrikel (bilik). • Atrium 1. Atrium kanan berfungsi sebagai penampungan darah yang rendah oksigen dari seluruh tubuh. Darah tersebut mengalir melalui vena kava superior, vena kava inferior, serta sinus koronarius yang berasal dari jantung sendiri. Dari atrium kanan kemudian darah di pompakan ke ventrikel kanan. 2. Atrium kiri menerima darah yang kaya akan oksigen dari paru melalui 4 buah vena pulmonalis. Kemudian darah dialirkan ke ventrikel kiri. Antara kedua atrium dipisahkan oleh sekat yang disebut septum atrium. • Ventrikel 1. Ventrikel kanan, menerima darah dari atrium kanan yang kemudian dipompakan ke paru melalui arteri pulmonalis. 2. Ventrikel kiri, menerima darah dari atrium kiri kemudian memompakannya ke seluruh tubuh melalui aorta. Kedua ventrikel dipisahkan oleh sekat yang disebut septum ventrikel. C. KATUP JANTUNG 1. Katup Atrioventrikuler Merupakan katup yang terletak diantara atrium dan ventrikel.. katup antara atrium kanan dan ventrikel kanan mempunyai tiga buah daun katup disebut katup trikuspidalis. Sedangkan katup yang terletak diantara atrium kiri dan ventrikel kiri mempunyai dua buah daun katup disebut katup bikuspidalis atau katup mitral. Katup AV memungkinkan darah mengalir dari masing-masing atrium ke ventrikel pada waktu diastole ventrikel, serta mencegah aliran balik ke atrium pada saat sistol ventrikel. 2. Katup Semilunar Katup pulmonal, terletak antara arteri pulmonalis dan ventrikel kanan. Katup aorta, terletak antara ventrikel kiri dan aorta. Kedua katup semilunar terdiri dari 3 daun katup. Adanya katup semilunar memungkinkan darah mengalir dari masing-masing ventrikel ke arteri pulmonalis atau aorta selama sistol ventrikel, dan mencegah aliran balik ke ventrikel sewaktu diastole ventrikel. 3. Arteri Koroner Arteri koroner adalah cabang pertama dari sirkulasi sistemik. Sirkulasi koroner terdiri dari: arteri koroner kanan dan arteri koroner kiri. Arteri koroner bermuara di sebelah atas daun katup aorta yang disebut ”sinus valsava”. 4. Vena Jantung Distribusi vena koroner sesungguhnya paralel dengan distribusi arteri koroner. Sistem vena jantung terdiri dari 3 bagian: vena tebesian,vena kardiaka anterior, sinus koronaria. D. PEMBULUH DARAH Keseluruhan sistem peredaran (sistem kardiovaskuler) terdiri dari arteri, arteriola, kapiler, venula dan vena. • Arteri Arteri berfungsi untuk transportasi darah dengan tekanan yang tinggi ke seluruh jaringan tubuh. Dinding arteri kuat dan elastis (lentur), kelenturannya membantu mempertahankan tekanan darah diantara denyut jantung. Dinding arteri banyak mengandung jaringan elastis yang dapat teregang saat sistol dan mengadakan rekoil saat diastol. • Arteriola Merupakan cabang paling ujung dari sistem arteri, berfungsi sebagai katup pengontrol untuk mengatur pengaliran darah ke kapiler. Arteriol mempunyai dinding yang kuat sehingga mampu kontriksi atau dilatasi beberapa kali ukuran normal, sehingga dapat mengatur aliran darah ke kapiler. Otot arteriol dipersarafi oleh serabut saraf kolinergik yang berfungsi vasodilatasi. Arteriol merupakan penentu utama resistensi/tahanan aliran darah, perubahan pada diameternya menyebabkan perubahan besar pada resistensi. • Kapiler Merupakan pembuluh darah yang halus dan berdinding sangat tipis, yang berfungsi sebagai jembatan diantara arteri (membawa darah dari jantung) dan vena (membawa darah kembali ke jantung). Kapiler memungkinkan oksigen dan zat makanan berpindah dari darah ke dalam jaringan dan memungkinkan hasil metabolisme berpindah dari jaringan ke dalam darah. • Venula Dari kapiler darah mengalir ke dalam venula lalu bergabung dengan venul-venul lain ke dalam vena, yang akan membawa darah kembali ke jantung. • Vena Vena memiliki dinding yang tipis, tetapi biasanya diameternya lebih besar daripada arteri, sehingga vena dapat mengangkut darah dalam volume yang sama tetapi dengan kecepatan yang lebih rendah dan tidak terlalu dibawah tekanan. Karena tekanan dalam sistem vena rendah maka memungkinkan vena berkontraksi sehingga mempunyai kemampuan untuk menyimpan atau menampung darah sesuai kebutuhan tubuh. E. SIRKULASI JANTUNG Lingkaran sirkulasi jantung dapat dibagi menjadi dua bagian besar yaitu sirkulasi sistemik dan sirkulasi pulmonal. Namun demikian terdapat juga sirkulasi koroner yang juga berperan sangat penting bagi sirkulasi jantung. Sirkulasi Sistemik 1. Mengalirkan darah ke berbagai organ tubuh. 2. Memenuhi kebutuhan organ yang berbeda. 3. Memerlukan tekanan permulaan yang besar. 4. Banyak mengalami tahanan. 5. Kolom hidrostatik panjang. Sirkulasi Pulmonal 1. Hanya mengalirkan darah ke paru. 2. Hanya berfungsi untuk paru-paru. 3. Mempunyai tekanan permulaan yang rendah. 4. Hanya sedikit mengalami tahanan. 5. Kolom hidrostatiknya pendek. Sirkulasi Koroner Efisiensi jantung sebagi pompa tergantung dari nutrisi dan oksigenasi yang cukup pada otot jantung itu sendiri. Sirkulasi koroner meliputi seluruh permukaan jantung dan membawa oksigen untk miokardium melalui cabang-cabang intramiokardial yang kecil-kecil. Aliran darah koroner meningkat pada: • Peningkatan aktifitas • Jantung berdenyut • Rangsang sistem saraf simpatis F. MEKANISME BIOFISIKA JANTUNG • Tekanan Darah Tekanan darah (blood pressure) adalah tenaga yang diupayakan oleh darah untuk melewati setiap unit atau daerah dari dinding pembuluh darah. Faktor yang mempengaruhi tekanan darah adalah: curah jantung, tahanan pembuluh darah perifer, aliran, dan volume darah. Bila seseorang mangatakan tekanan darahnya adalah 100 mmHg maka tenaga yang dikeluarkan oleh darah dapat mendorong merkuri pada tabung setinggi 50 mm. • Aliran Darah Aliran darah pada orang dewasa saat istirahat adalah 5 L/menit, ayang disebut sebagai curah jantung (cardiac output). Aliran darah melalui pembuluh darah dipengaruhi oleh dua faktor: • Perbedaan Tekanan ( DP: P1-P2), merupakan penyebab terdorongnya darah melalui pembuluh. • Hambatan terhadap aliran darah sepanjang pembuluh, disebut juga sebagai ”vascular resistance” atau tahanan pembuluh. Beda tekanan antara dua ujung pembuluh darah menyebabkan darah mengalir dari daerah bertekanan tinggi ke daerah bertekanan rendah, sedangkan resistensi / tahanan menghambat aliran darah. Rumus: Q : DP R Q : aliran DP : perbedaan tekanan R : resistensi • Resistensi Resistensi/tahanan adalah hambatan terhadap aliran darah terhadap suatu pembuluh yang tidak dapat diukur secara langsung. Resistensi dipengaruhi oleh dua faktor yaitu: diameter pembuluh darah (terutama arteriol) dan viskositas (kekentalan) darah. Peningkatan diameter pembuluh darah (vasodilatasi) akan menurunkan tahanan, sedangkan penurunan diameter pembuluh darah (vasokontriksi) dapat meningkatkan resistensi. Viskositas sebagaian besar dipengaruhi oleh kadar hematokrit (ht), yaiu prosentase volume darah yang ditempati oleh sel darah merah. Semakin tinggi viskositas darah, maka semakin meningkat pula resistensi pembuluh darah. G. SIKLUS JANTUNG Setiap siklus jantung terdiri dari urutan peristiwa listrik dan mekanik yang saling terkait. Rangsang listrik dihasilkan dari beda potensial ion antar sel yang selanjutnya akan merangsang otot untuk berkontraksi dan relaksasi. Kelistrikan jantung merupakan hasil dari aktivitas ion-ion yang melewati membran sel jantung. Aktivitas ion tersebut disebut sebagai potensial aksi. Mekanisme potensial aksi terdiri dari fase depolarisasi dan repolarisasi: • Depolarisasi Merupakan rangsang listrik yang menimbulkan kontraksi otot. Respon mekanik dari fase depolarisasi otot jantung adalah adanya sistolik. • Repolarisasi Merupakan fase istirahat/relaksasi otot, respon mekanik depolarisasi otot jantung adalah diastolik. Fase Siklus Jantung 1. Mid Diastole Merupakan fase pengisian lambat ventrikel dimana atrium dan ventrikel dalam keadaan istirahat. Darah mengalir secara pasif dari atrium ke ventrikel melalui katup atrioventrikuler, pada saat ini katup semilunaris tertutup dan terdengar sebagai bunyi jantung kedua. 2. Diastole Lanjut Gelombang depolarisasi menyebar melalui atrium berhenti pada nodus atrioventrikuler (nodus AV). Otot atrium berkontraksi memberikan 20%-30% pada isi ventrikel. 3. Sistole Awal Depolarisasi menyebar dari sinus AV menuju miokardium ventrikel. Ventrikel berkontraksi menyebabkan tekanan dalam ventrikel lebih tinggi dari tekanan atrium sehingga menyebabkan katup atrioventrikuler menutup yang terdengar sebagai bunyi jantung satu. Dalam keadaan ini tekanan dalam aorta dan arteri pulmo tetap lebih besar, sehingga katup semilunar tetap tertutup. Kontraksi ventrikel ini disebut sebagaikontraksi isovolumetrik. 4. Sistole Lanjut Tekanan ventrikel meningkat melebihi tekanan pembuluh darah sehingga menyebabkan katup semilunaris membuka. Setelah katup semilunar terbuka, terjadi ejeksi isi ventrikel kedalam sirkulasi pulmoner dan sistemik. 5. Diastole Awal Gelombang repolarisasi menyebar ke ventrikel sehingga ventrikel menjadi relaksasi. Tekanan ventrikel turun melebihi tekanan atrium sehingga katum AV membuka. Dengan terbukanya katup AV maka ventrikel akan terisi dengan cepat, 70%-80% pengisian ventrikel terjadi dalam fase ini H. FAKTOR PENENTU KERJA JANTUNG Jantung sebagai pompa fungsinya dipengaruhi oleh 4 faktor utama yang saling terkait dalam menentukan isi sekuncup (stroke volume) dan curah jantung (cardiac output) yaitu: • Beban awal (pre load) • Kontraktilitas • Beban akhir (after load) • Frekuensi jantung Curah Jantung Curah jantung merupakan faktor utama yang harus diperhitungkan dalam sirkulasi, karena curah jantung mempunyai peranan penting dalam transportasi darah yang memasok berbagai nutrisi. Curah jantung adalah jumlah darah yang dipompakan oleh ventrikel selama satu menit. Nilai normal pada orang dewasa adalah 5 L/mnt. Isi Sekuncup (curah sekuncup) Isi sekuncup merupakan jumlah darah yang dipompakan keluar dari masing-masing venrikel setiap jantung berdenyut. Isi sekuncup tergantung dari tiga variabel: beban awal, kontraktilitas, dan beban akhir. Beban Awal Beban awal adalah derajat peregangan serabut miokardium pada akhir pengisian ventrikel. Hal ini sesuai dengan Hukum Starling: peregangan serabut miokardium selama diastole melalui peningkatan volume akhir diastole akan meningkatkan kekuatan kontraksi pada saat sistolik. Sebagai contoh karet yang diregangkan maksimal akan menambah kekuatan jepretan saat dilepaskan. Dengan kata lain beban awal adalah kemampuan ventrikel meregang maksimal saat diastolik sebelum berkontraksi/sistolik. Faktor penentu beban awal: • Insufisiensi mitral menurunkan beban awal • Stensosis mitral menurunkan beban awal • Volume sirkualsi, peningkatan volume sirkulasi meningkatkan beban awal. Sedangkan penurunan volume sirkulasi menurunkan beban awal. • Obat-obatan, obat vasokonstriktor meningkatkan beban awal. Sedangkan obat-obat vasodilator menurunkan beban awal. Beban Akhir Beban akhir adalah besarnya tegangan dinding ventrikel untuk dapat memompakan darah saat sistolik. Beban akhir menggambarkan besarnya tahanan yang menghambat pengosongan ventrikel. Beban akhir juga dapat diartikan sebagai suatu beban pada ventrikel kiri untuk membuka katup semilunar aorta, dan mendorong darah selama kontrakis/sistolik. Beban akhir dipengaruhi: • Stenosis aorta meningkatkan beban akhir • Vasokontriksi perifer meningkatkan beban akhir • Hipertensi meningkatkan beban akhir • Polisitemia meningkatkan beban akhir o Obat-oabatan, vasodilator menurunkan beban akhir, sedangkan vasokonstriktor meningkatkan beban akhir. Peningkatan secara drastis beban akhir akan meningkatkan kerja ventrikel, menambah kebutuhan oksigen dan dapat berakibat kegagalan ventrikel. Kontraktilitas Kontraktilitas merupakan kemampuan otot-otot jantung untuk menguncup dan mengembang. Peningkatan kontraktilitas merupakan hasil dari interaksi protein otot aktin-miosin yang diaktifkan oleh kalsium. Peningkatan kontraktilitas otot jantung memperbesar curah sekuncup dengan cara menambah kemampuan ventrikel untuk mengosongkan isinya selama sistolik. I. HUKUM FRANK STARLING 1. Makin besar isi jantung sewaktu diastol, semakin besar jumlah darah yang dipompakan ke aorta. 2. dalam batas-batas fisiologis, jantung memompakan ke seluruh tubuh darah yang kembali ke jantung tanpa menyebabkan penumpukan di vena. 3. jantung dapat memompakan jumlah darah yang sedikit ataupun jumlah darah yang besar bergantung pada jumlah darah yang mengalir kembali dari vena. J. REGULASI TEKANAN DARAH 1. Sistem Saraf Sistem saraf mengontrol tekanan darah dengan mempengaruhi tahanan pembuluh darah perifer. Dua mekanisme yang dilakukan adalah mempengaruhi distribusi darah dan mempengaruhi diameter pembuluh darah. Umumnya kontrol sistem saraf terhadap tekanan darah melibatkan: baroreseptor dan serabut2 aferennya, pusat vasomotor dimedula oblongata serta serabut2 vasomotor dan otot polos pembuluh darah. Kemoreseptor dan pusat kontrol tertinggi diotak juga mempengaruhi mekanisme kontrol saraf. Pusat Vasomotor mempengaruhi diameter pembuluh darah dengan mengeluarkan epinefrin sebagai vasokonstriktor kuat, dan asetilkolin sebagai vasodilator. Baroresptor, berlokasi pada sinus karotikus dan arkus aorta. Baroresptor dipengaruhi oleh perubahan tekanan darah pembuluh arteri. Kemoresptor, berlokasi pada badan karotis dan arkus aorta. Kemoreseptor dipengaruhi oleh kandungan O2, CO2, atau PH darah. 2. Kontrol Kimia Selain CO2 dan O2, sejumlah kimia darah juga membantu regulasi tekanan darah melalui refleks kemoreseptor yang akan dibawa ke pusat vasomotor. Hormon yang mempengaruhi: epinefrin dan norepinefrin, Natriuretik Atrial, ADH, angiotensin II, NO, dan alkohol. KESIMPULAN 1. Sistem kardiovaskuler sangatlah penting dalam kehidupan manusiayang tidak akan pernah bisa lepas dari sistem ini walaupun hanyabeberapa detik saja. 2. Sistem kardiovaskulerberfungsi untuk menjaga mempertahankankualitas dan kuantitas dari cairan yang ada di dalam tubuh agar tetapdalam keadaan homeostatis 3. Sistem kardiovaskuler disusun atas jantung, pembuluh darah, serta darah. 4. Pada sistem kardiovaskuler terjadi dua mekanisme utama yeng terjadi di dalam jantung yaitu sistole dan diastole. 5. Pengukuran sistole, diastole, serta frekuensi nadi dapat diukur. 6. Penting sekali menjaga tekanan sistole, diastole dan frekuensi nadi agar tetap dalam keadaan normal agar tidak terjadi keabnormalan peredaran darah. 7. Homeostatis akan tercapai bila sistem kardiovaskuler pun normal. DAFTAR PUSTAKA • http://perawattegal.wordpress.com/2009/09/12/struktur-fungsi-sistem-kardiovaskuler/ • http://www.google.co.id/search?hl=id&biw=1280&bih=576&q=anatomi+fisiologi+sistem+kardiovaskuler&revid=1848853808&sa=X&ei=ycXPTrKlJI2srAfBoYnJDA&ved=0CBgQ1QIoAjgK • http://www.scribd.com/doc/22502484/Pentingnya-Sistem-Kardiovaskuler-Dalam-Kehidupan-Manusia • http://www.scribd.com/doc/53490282/Makalah-Anatomi-Sistem-Kardiovaskuler

Pengendalian Vektor penyakit

PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Pembangunan bidang kesehatan saat ini diarahkan untuk menekan angka kematian yang disebabkan oleh berbagai penyakit yang jumlahnya semakin meningkat. Masalah umum yang dihadapi dalam bidang kesehatan adalah jumlah penduduk yang besar dengan angka pertumbuhan yang cukup tinggi dan penyebaran penduduk yang belum merata, tingkat pendidikan dan sosial ekonomi yang masih rendah. Keadaan ini dapat menyebabkan lingkungan fisik dan biologis yang tidak memadai sehingga memungkinkan berkembang biaknya vektor penyakit (Menkes, 2010). Vektor adalah organisme yang tidak menyebabkan penyakit tetapi menyebarkannya dengan membawa patogen dari satu inang ke yang lainnya. Vektor juga merupakan anthropoda yang dapat menimbulkan dan menularkan suatu Infectious agent dari sumber Infeksi kepada induk semang yang rentan. Bagi dunia kesehatan masyarakat, binatang yang termasuk kelompok vektor dapat merugikan kehidupan manusia karena disamping mengganggu secara langsung juga sebagai perantara penularan penyakit seperti yang sudah di jelaskan di atas (Nurmaini,2001). Penyakit yang ditularkan melalui vektor masih menjadi penyakit endemis yang dapat menimbulkan wabah atau kejadian luar biasa serta dapat menimbulkan gangguan kesehatan masyarakat sehingga perlu dilakukan upaya pengendalian atas penyebaran vektor tersebut (Menkes, 2010). Adapun dari penggolongan binatang yang dapat dikenal dengan 10 golongan yang dinamakan phylum diantaranya ada 2 phylum yang sangat berpengaruh terhadap kesehatan manusia yaitu phylum anthropoda seperti nyamuk yang dapat bertindak sebagai perantara penularan penyakit malaria, demam berdarah, dan phylum chodata yaitu tikus sebagai pengganggu manusia, serta sekaligus sebagai tuan rumah (hospes), pinjal Xenopsylla cheopis yang menyebabkan penyakit pes. Sebenarnya disamping nyamuk sebagai vektor dan tikus binatang pengganggu masih banyak binatang lain yang berfungsi sebagai vektor dan binatang pengganggu (Nurmaini,2001). Namun kedua phylum tersebut sangat berpengaruh terhadap kesehatan manusia, untuk itu keberadaan vektor dan binatang penggangu tersebut harus ditanggulangi, sekalipun demikian tidak mungkin membasmi sampai keakar-akarnya melainkan kita hanya mampu berusaha mengurangi atau menurunkan populasinya kesatu tingkat tertentu yang tidak mengganggu ataupun membahayakan kehidupan manusia. Dalam hal ini untuk mencapai harapan tersebut perlu adanya suatu managemen pengendalian dengan arti kegiatan-kegiatan/proses pelaksanaan yang bertujuan untuk menurunkan densitas populasi vektor pada tingkat yang tidak membahayakan. B. TUJUAN Mengetahui definisi, jenis-jenis vektor penyakit, peranan yang dapat merugikan manusia, serta mengetahui cara pengendaliannya. ISI A. DEFINISI VEKTOR PENYAKIT Peraturan Pemerintah No.374 tahun 2010 menyatakan bahwa vektor merupakan arthropoda yang dapat menularkan, memindahkan atau menjadi sumber penularan penyakit pada manusia. Sedangkan menurut Nurmaini (2001), vektor adalah arthropoda yang dapat memindahkan/menularkan suatu infectious agent dari sumber infeksi kepada induk semang yang rentan. Vektor penyakit merupakan arthropoda yang berperan sebagai penular penyakit sehingga dikenal sebagai arthropod - borne diseases atau sering juga disebut sebagai vector – borne diseases yang merupakan penyakit yang penting dan seringkali bersifat endemis maupun epidemis dan menimbulkan bahaya bagi kesehatan sampai kematian. Di Indonesia, penyakit – penyakit yang ditularkan melalui serangga merupakan penyakit endemis pada daerah tertentu, seperti Demam Berdarah Dengue (DBD), malaria, kaki gajah, Chikungunya yang ditularkan melalui gigitan nyamuk aedes aegypti. Disamping itu, ada penyakit saluran pencernaan seperti dysentery, cholera, typhoid fever dan paratyphoid yang ditularkan secara mekanis oleh lalat rumah. Menurut Chandra (2003), ada 4 faktor yang dapat mempengaruhi terjadinya suatu penyakit : 1. Cuaca Iklim dan musim merupakan faktor utama yang mempengaruhi terjadinya penyakit infeksi. Agen penyakit tertentu terbatas pada daerah geografis tertentu, sebab mereka butuh reservoir dan vektor untuk hidup. Iklim dan variasi musim mempengaruhi kehidupan agen penyakit, reservoir dan vektor. Di samping itu perilaku manusia pun dapat meningkatkan transmisi atau menyebabkan rentan terhadap penyakit infeksi. Wood tick adalah vektor arthropoda yang menyebabkan penularan penyakit yang disebabkan ricketsia. 2. Reservoir Hewan-hewan yang menyimpan kuman patogen dimana mereka sendiri tidak terkena penyakit disebut reservoir. Reservoir untuk arthropods borne disease adalah hewan-hewan dimana kuman patogen dapat hidup bersama. Binatang pengerat dan kuda merupakan reservoir untuk virus encephalitis. Penyakit ricketsia merupakan arthropods borne disease yang hidup di dalam reservoir alamiah.seperti tikus, anjing, serigala serta manusia yang menjadi reservoir untuk penyakit ini. Pada banyak kasus,kuman patogen mengalami multifikasi di dalam vektor atau reservoir tanpa menyebabkan kerusakan pada intermediate host. 3. Geografis Insiden penyakit yang ditularkan arthropoda berhubungan langsung dengan daerah geografis dimana reservoir dan vektor berada. Bertahan hidupnya agen penyakit tergantung pada iklim (suhu, kelembaban dan curah hujan) dan fauna lokal pada daerah tertentu, seperti Rocky Mountains spotted fever merupakan penyakit bakteri yang memiliki penyebaran secara geografis. Penyakit ini ditularkan melalui gigitan tungau yang terinfeksi.oleh ricketsia dibawa oleh tungau kayu di daerah tersebut dan dibawa oleh tungau anjing ke bagian timur Amerika Serikat. 4. Perilaku Manusia Interaksi antara manusia, kebiasaan manusia.membuang sampah secara sembarangan, kebersihan individu dan lingkungan dapat menjadi penyebab penularan penyakit arthropoda borne diseases. B. JENIS-JENIS VEKTOR PENYAKIT Sebagian dari Arthropoda dapat bertindak sebagai vektor, yang mempunyai ciri-ciri kakinya beruas-ruas, dan merupakan salah satu phylum yang terbesar jumlahnya karena hampir meliputi 75% dari seluruh jumlah binatang (Nurmaini,2001). Berikut jenis dan klasifikasi vektor yang dapat menularkan penyakit : Arthropoda yang dibagi menjadi 4 kelas : 1. Kelas crustacea (berkaki 10): misalnya udang 2. Kelas Myriapoda : misalnya binatang berkaki seribu 3. Kelas Arachinodea (berkaki 8) : misalnya Tungau 4. Kelas hexapoda (berkaki 6) : misalnya nyamuk . Dari kelas hexapoda dibagi menjadi 12 ordo, antara lain ordo yang perlu diperhatikan dalam pengendalian adalah : a. Ordo Dipthera yaitu nyamuk dan lalat • Nyamuk anopheles sebagai vektor malaria • Nyamuk aedes sebagai vektor penyakit demam berdarah • Lalat tse-tse sebagai vektor penyakit tidur b. Ordo Siphonaptera yaitu pinjal • Pinjal tikus sebagai vektor penyakit pes c. Ordo Anophera yaitu kutu kepala • Kutu kepala sebagai vektor penyakit demam bolak-balik dan typhus exantyematicus. Selain vektor diatas, terdapat ordo dari kelas hexapoda yang bertindak sebagai binatang pengganggu antara lain: • Ordo hemiptera, contoh kutu busuk • Ordo isoptera, contoh rayap • Ordo orthoptera, contoh belalang • Ordo coleoptera, contoh kecoak Sedangkan dari phylum chordata yaitu tikus yang dapat dikatakan sebagai binatang pengganggu, dapat dibagi menjadi 2 golongan : a. Tikus besar, (Rat) Contoh : o Rattus norvigicus (tikus riol ) o Rattus-rattus diardiil (tikus atap) o Rattus-rattus frugivorus (tikus buah-buahan) b. Tikus kecil (mice),Contoh:Mussculus (tikus rumah) Arthropoda [arthro + pous ] adalah filum dari kerajaan binatang yang terdiri dari organ yang mempunyai lubang eksoskeleton bersendi dan keras, tungkai bersatu, dan termasuk di dalamnya kelas Insecta, kelas Arachinida serta kelas Crustacea, yang kebanyakan speciesnya penting secara medis, sebagai parasit, atau vektor organisme yang dapat menularkan penyakit pada manusia (Chandra,2003). C. PERANAN VEKTOR PENYAKIT Secara umum, vektor mempunyai peranan yaitu sebagai pengganggu dan penular penyakit. Vektor yang berperan sebagai pengganggu yaitu nyamuk, kecoa/lipas, lalat, semut, lipan, kumbang, kutu kepala, kutu busuk, pinjal, dll. Penularan penyakit pada manusia melalui vektor penyakit berupa serangga dikenal sebagai arthropod - borne diseases atau sering juga disebut sebagai vector – borne diseases. Agen penyebab penyakit infeksi yang ditularkan pada manusia yang rentan dapat melalui beberapa cara yaitu : a. Dari orang ke orang b. Melalui udara c. Melalui makanan dan air d. Melalui hewan e. Melalui vektor arthropoda (Chandra,2003). Vektor penyakit dari arthropoda yang berperan sebagai penular penyakit dikenal sebagai arthropod - borne diseases atau sering juga disebut sebagai vector – borne diseases. 1. Arthropods Borne Disease Istilah ini mengandung pengertian bahwa arthropoda merupakan vektor yang bertanggung jawab untuk terjadinya penularan penyakit dari satu host (pejamu) ke host lain. Paul A. Ketchum, membuat klasifikasi arthropods borne diseases pada kejadian penyakit epidemis di Amerika Serikat seperti terlihat pada tabel dibawah ini : Arthropods Borne Disease di Amerika Park & Park, membagi klasifikasi arthropods borne diseases yang sering menyebabkan terjadinya penyakit pada manusia sebagai berikut : No Arthropoda Penyakit Bawaan 1. Nyamuk Merupakan vektor dari penyakit Malaria, Filaria, Demam kuning , Penyakit otak, demam haemorhagic 2. Lalat Merupakan vektor dari penyakit tipus dan demam paratipus, diare, disentri, kolera, gastro-enteritis, amoebiasis, penyakit lumpuh, conjunctivitis, anthrax 3. Lalat Pasir Merupakan vektor penyakit leishmaniasis, demam papataci dan bartonellosisi, Leishmania donovani, 4. Lalat Hitam Merupakan vektor penyakit Oncheocerciasis 5. Lalat tse2 Merupakan vektor dari penyakit tidur 6. Kutu Merupakan vektor dari penyakit tipus mewabah, relapsing demam, parit 7. Pinjal penyakit sampar, endemic typhus 8. Sengkenit Penyakit Rickettsia (Rickettsia Rickettsii) 9. Tungau penyakit tsutsugamushi atau scrub typhus yang disebabkan oleh Rickettsia tsutsugamushi, 2. Transmisi Arthropoda Bome Diseases Masuknya agen penyakit kedalam tubuh manusia sampai terjadi atau timbulnya gejala penyakit disebut masa inkubasi atau incubation period, khusus pada arthropods borne diseases ada dua periode masa inkubasi yaitu pada tubuh vektor dan pada manusia. 1. Inokulasi (Inoculation) Masuknya agen penyakit atau bibit yang berasal dari arthropoda kedalam tubuh manusia melalui gigitan pada kulit atau deposit pada membran mukosa disebut sebagai inokulasi. 2. Infestasi (Infestation) Masuknya arthropoda pada permukaan tubuh manusia kemudian berkembang biak disebut sebagai infestasi, sebagai contoh scabies. 3. Extrinsic Incubation Period dan Intrinsic Incubation Period Waktu yang diperlukan untuk perkembangan agen penyakit dalam tubuh vektor Disebut sebagai masa inkubasi ektrinsik, sebagai contoh parasit malaria dalam tubuh nyamuk anopheles berkisar antara 10 – 14 hari tergantung dengan temperatur lingkungan dan masa inkubasi intrinsik dalam tubuh manusia berkisar antara 12 – 30 hari tergantung dengan jenis plasmodium malaria. 4. Definitive Host dan Intermediate Host Disebut sebagai host definitif atau intermediate tergantung dari apakah dalam tubuh vektor atau manusia terjadi perkembangan siklus seksual atau siklus aseksual pada tubuh vektor atau manusia, apabila terjadi siklus sexual maka disebut sebagai host definitif, sebagai contoh parasit malaria mengalami siklus seksual dalam tubuh nyamuk, maka nyamuk anopheles adalah host definitive dan manusia adalah host intermediate. 5. Propagative, Cyclo – Propagative dan Cyclo - Developmental Pada transmisi biologik dikenal ada 3 tipe perubahan agen penyakit dalam tubuh vektor yaitu propagative, cyclo – propagative dan cyclo - developmental, bila agen penyakit atau parasit tidak mengalami perubahan siklus dan hanya multifikasi dalam tubuh vektor disebut propagative seperti plague bacilli pada kutu tikus, dengue (DBD) bila agen penyakit mengalami perubahan siklus dan multifikasi dalam tubuh vektor disebut cyclo – propagative seperti parasit malaria dalam tubuh nyamuk anopheles dan terakhir bila agen penyakit mengalami perubahan siklus tetapi tidak mengalami proses multifikasi dalam tubuh vektor seperti parasit filarial dalam tubuh nyamuk culex. D. ARTHROPODA DAN PENYEBARAN PENYAKIT a. Nyamuk (Mosquito) Nyamuk adalah vektor mekanis atau vektor siklik penyakit pada manusia dan hewan yang disebabkan oleh parasit dan virus, nyamuk dari genus Psorophora dan Janthinosoma yang terbang dan menggigit pada siang hari, membawa telur dari lalat Dermatobia hominis dan menyebabkan myiasis pada kulit manusia atau ke mamalia lain. Species yang merupakan vektor penting penyebab penyakit pada manusia antara lain penyakit : 1. Malaria Vektor siklik satu-satunya dari malaria pada manusia dan malaria kera adalah nyamuk Anopheles, sedangkan nyamuk Anopheles dan Culex keduaduanya dapat menyebabkan malaria pada burung. Secara praktis tiap species Anopheles dapat diinfeksi secara eksperimen, tetapi banyak species bukan vektor alami. Sekitar 110 species pernah dihubungkan dengan penularan malaria, diantaranya 50 species penting terdapat dimana-mana atau setempat yang dapat menularkan penyakit malaria.. Sifat suatu species yang dapat menularkan penyakit ditentukan oleh : a) Adanya di dalam atau di dekat tempat hidup manusia. b) Lebih menyukai darah manusia dari pada darah hewan, walaupun bila hewan hanya sedikit. c) Lingkungan yang menguntungkan perkembangan dan memberikan jangka hidup cukup lama pada Plasmodium untuk menyelesaikan siklus hidupnya. d) Kerentanan fisiologi nyamuk terhadap parasit . Untuk menentukan apakah suatu species adalah suatu vektor yang sesuai, maka dapat dicatat persentase nyamuk yang kena infeksi setelah menghisap darah penderita malaria, prnentuan suatu species nyamuk sebagai vektor dapat dipastikan dengan melihat daftar index infeksi alami, biasanya sekitar 1-5%, pada nyamuk betina yang dikumpulkan dari rumah-rumah di daerah yang diserang malaria. 2. Filariasis Nyamuk Culex adalah vektor dari penyakit filariasis Wuchereria bancrofti dan Brugia malayi. Banyak species Anopheles, Aedes, Culex dan Mansonia, tetapi kebanyakan dari species ini tidak penting sebagai vektor alami. Di daerah tropis dan subtropis, Culex quinquefasciatus (fatigans), nyamuk penggigit di lingkungan rumah dan kota, yang berkembang biak dalam air setengah kotor sekitar tempat tinggal manusia, adalah vektor umum dari filariasis bancrofti yang mempunyai periodisitas nokturnal. Aedes polynesiensis adalah vektor umum filariasis bancrofti yang non periodisitas di beberapa kepulauan Pasifik Selatan . Nyamuk ini hidup diluar kota di semak-semak (tidak pernah dalam rumah) dan berkembang biak di dalam tempurung kelapa dan lubang pohon, mengisap darah dari binatang peliharaan mamalia dan unggas, tetapi lebih menyukai darah manusia. 3. Demam Kuning Demam kuning (Yellow Fever) penyakit virus yang mempunyai angka kematian tinggi, telah menyebar dari tempat asalnya dari Afrika Barat ke daerah tropis dan subtropis lainnya di dunia, Nyamuk yang menggigit pada penderita dalam waktu tiga hari pertama masa sakitnya akan menjadi infektif selama hidupnya setelah virusnya menjalani masa multifikasi selama 12 hari. Vektor penyakit ini adalah species nyamuk dari genus Aedes dan Haemagogus, Aedes aegypti adalah vektor utama demam kuning epidemik, hidup disekitar daerah perumahan, berkembang biak dalam berbagai macam tempat penampungan air sekitar rumah, larva tumbuh subur sebagai pemakan zat organik yang terdapat didasar penampungan air bersih (bottom feeders) atau air kotor yang mengandung zat organik. 4. Dengue Hemorrhagic Fever Adalah penyakit endemik yang disebabkan oleh virus di daerah tropis dan subtropis yang kadang-kadang menjadi epidemik. Virus membutuhkan masa multifikasi selama 8-10 hari sebelum nyamuk menjadi infektif, khususnya ditularkan oleh species Aedes, terutama A. aegypti. Penyakit ini merupakan penyakit endemis di Indonesia dan terjadi sepanjang tahun terutama pada saat musim penghujan. 5. Encephalitis Virus Adalah penyakit endemik yang disebabkan oleh virus di daerah tropis dan subtropis yang kadang-kadang menjadi epidemik. Virus membutuhkan masa multifikasi selama 8-10 hari sebelum nyamuk menjadi infektif, khususnya ditularkan oleh species Aedes, terutama A. aegypti. Penyakit ini merupakan penyakit endemis di Indonesia dan terjadi sepanjang tahun terutama pada saat musim penghujan, b. Lalat Rumah (Housefly) Lalat rumah, Musca domestica, hidup disekitar tempat kediaman manusia di seluruh dunia. Seluruh lingkaran hidup berlangsung 10 sampai 14 hari, dan lalat dewasa hidup kira-kira satu bulan. Larvanya kadang-kadang menyebabkan myasis usus dan saluran kencing serta saluran kelamin. Lalat adalah vektor mekanik dari bakteri patogen, protozoa serta telur dan larva cacing, Luasnya penularan penyakit oleh lalat di alam sukar ditentukan. Dianggap sebagai vektor penyakit typhus abdominalis, salmonellosis, cholera, dysentery bacillary dan amoeba, tuberculosis, penyakit sampar, tularemia, anthrax, frambusia, conjunctivitis, demam undulans, trypanosomiasis dan penyakit spirochaeta. c. Lalat Pasir (Sandfly) Lalat pasir ialah vektor penyakit leishmaniasis, demam papataci dan bartonellosisi. Leishmania donovani, penyebab Kala azar; L. tropica, penyebab oriental sore; dan L. braziliensis, penyebab leishmaniasis Amerika, ditularkan oleh Phlebotomus. Demam papataci atau demam phlebotomus, penyakit yang disebabkan oleh virus banyak terdapat di daerah Mediterania dan Asia Selatan, terutama ditularkan oleh P. papatsii, yang menjadi infektif setelah masa perkembangan virus selama 7-10 hari. Bartonellosis juga terdapat di Amerika Selatan bagian Barat Laut sebagai demam akut penyakit Carrion dan sebagai keadaan kronis berupa granulema verrucosa. Basil penyebab adalah Bartonella bacilliformis, ditularkan oleh lalat pasir yang hidup di daerah pegunungan Andes. d. Lalat Tsetse (Tsetse Flies) Lalat tsetse adalah vektor penting penyakit trypanosomiasis pada manusia dan hewan peliharaan. Paling sedikit ada tujuh species sebagai vektor infeksi trypanosoma pada hewan peliharaan, species Trypanosoma rhodesiense yang menjadi, penyebab trypanosomiasis, adalah Glossina morsitans, G. swynnertoni, dan G. Pallidipes. Vektor utama .pada Penyakit Tidur (Sleeping Sickness) di Gambia adalah species G. palpalis fuscipes dan pada daerah - daerah tertentu adalah species G. tachhinoides. e. Lalat Hitam (Blackflies) Adalah vektor penyakit Oncheocerciasis Di Afrika adalah species Simulium damnosum dan S. neavei dan di Amerika adalah S. metallicum, S. ochraceum dan S. callidum. Species lain mungkin adalah vektor yang tidak penting dan menularkan onchocerciasis pada ternak dan penyakit protozoa pada burung. f. Tuma Kepala, Tuma badan, dan Tuma Kemaluan (Head Lice, Body Lice, and Crab Lice) Tuma badan adalah vektor epidemic typhus, epidemic relapsing fever di Eropa dan Amerika Latin,.Tuma mendapat infeksi dari Reckettsia prowazeki, bila menghisap darah penderita. Rickettsia berkembang biak dalam epitel lambung tengah tuma dan dikeluarkan bersama tinja. Tuma tetap infektif selama hidupnya;. Manusia biasanya mendapat infeksi karena kontaminasi pada luka gigitan, kulit yang lecet atau mukosa dengan tinja atau badan tuma yang terkoyak Bila oleh spirochaeta Borrelia recurrentis, penyebab epidemic relapsing fever di Eropa, spirochaeta akan berkembang biak di seluruh tubuh tuma, yang tetap infektif selama hidupnya,. Demam parit, suatu penyakit yang disebabkan oleh Rickettsia juga ditularkan oleh tuma tetapi tidak fatal, pernah berjangkit sebagai penyakit epidemik selama Peran Dunia pertama dan kemudian menjadi endemik di Eropa dan Mexico. g. Pinjal (Fleas) Pinjal hanya penting dalam dunia kedokteran terutama yang berhubungan dengan penularan penyakit sampar dan endemic typhus. Pinjal dapat juga bertindak sebagai hospes perantara parasit. h. Reduviid Bugs (Kissing Bugs) Berbagai species reduviid adalah vektor penting dari pada Trypanosoma cruzi, penyebab penyakit Chagas dan T. Rangeli tetapi ternyata Trypanosoma cruzi tidak patogen bagi manusia. Kebanyakan reduviid mampu menularkan jpenyaakit, tetapi hanya beberapa species saja yang merupakan vektor yang efektif Vektor yang paling penting adalah Triatoma infestans, Panstrongylus megistus dan Rhodnius prolixus. i. Ticks (Sengkenit) Sengkenit telah dikenal sebagai vektor penyakit sejak tahun 1893, ketika Smith dan Kilbourne menemukan species Boophilus annulatus sebagai vektor penular “demam Texas” pada lembu. Pada beberapa species tidak saja dapat menularkan penyakit melalui stadium metamorfosis dari pada sengkenit, tetapi juga melalui telur, kepada generasi berikutnya. Bila penyakit ini menular di antara binatang peliharaan akan menyebabkan kerugian keuangan yang besar. j. Tungau (Mites) Adalah vektor pada penyakit tsutsugamushi atau scrub typhus yang disebabkan oleh Rickettsia tsutsugamushi, tungau mengigit manusia menyebabkan luka bernanah disertai demam yang remiten, lymphadenitis, splenomegaly dan suatu eritema yang merah sekali. Vektor utamanya adalah Trombicula akamushi dan T. deliensis, tungau menularkan penyakit pada stadium larva sedangkan larvanya adalah parasit pada tikus ladang di Jepang dan beberapa tikus rumah dan tikus lading di Taiwan dan di Indonesia. Manusia merupakan hospes secara kebetulan, larvanya melekatkan diri pada pekerja di ladang. Penyakit ini dapat ditularkan dari generasi ke generasi, sehingga larva generasi kedua mampu menginfeksi manusia. k. Cyclops Cyclops adalah hospes perantara dari Dracunculus mendinensis, cacing cestoda Diplyllobothrium latum dan cacing nematoda Gnathostoma spinigerum. E. PENGENDALIAN VEKTOR PENYAKIT Peraturan Mentri No.374 tahun 2010 mendefinisikan bahwa pengendalian vektor merupakan kegiatan atau tindakan yang ditujukan untuk menurunkan populasi vektor serendah mungkin sehingga keberadaannya tidak lagi beresiko untuk terjadinya penularan penyakit di suatu wilayah atau menghindari kontak masyarakat dengan vektor sehingga penularan penyakit yang dibawa oleh vektor dapat di cegah (MENKES,2010). Pengendalian vektor dapat dilakukan dengan pengelolaan lingkungan secara fisik atau mekanis, penggunaan agen biotik kimiawi, baik terhadap vektor maupun tempat perkembangbiakannya dan atau perubahan perilaku masyarakat serta dapat mempertahankan dan mengembangkan kearifan loKal sebagai alternative. Beberapa faktor yang menyebabkan tingginya angka kesakitan penyakit bersumber binatang antara lain adanya perubahan iklim, keadaan social-ekonomi dan perilaku masyarakat. Perubahan iklim dapat meningkatkan risiko kejadian penyakit tular vektor. Faktor risiko lainnya adalah keadaan rumah dan sanitasi yang buruk, pelayanan kesehatan yang belum memadai, perpindahan penduduk yang non imun ke daerah endemis. Masalah yang di hadapi dalam pengendalian vektor di Indonesia antara lain kondisi geografis dan demografi yang memungkinkan adanya keragaman vektor, belum teridentifikasinya spesies vektor ( pemetaan sebaran vektor) di semua wilayah endemis, belum lengkapnya peraturan penggunaan pestisida dalam pengendalian vektor, peningkatan populasi resisten beberapa vektor terhadap pestisida tertentu, keterbatasan sumberdaya baik tenaga, logistik maupun biaya operasional dan kurangnya keterpaduan dalam pengendalian vektor. Dalarn pengendalian vektor tidaklah mungkin dapat dilakukan pembasmian sampai tuntas, yang mungkin dan dapat dilakukan adalah usaha mengurangi dan menurunkan populasi kesatu tingkat yang tidak membahayakan kehidupan manusia. Namun hendaknya dapat diusahakan agar segala kegiatan dalam rangka menurunkan populasi vektor dapat mencapai hasil yang baik. Untuk itu perlu diterapkan teknologi yang sesuai, bahkan teknologi sederhana pun yang penting di dasarkan prinsip dan konsep yang benar. Ada beberapa cara pengendalian vector penyakit yaitu : 1. Pengendalian Vektor Terpadu (PVT) Mengingat keberadaan vektor dipengaruhi oleh lingkungan fisik, biologis dan social budaya, maka pengendaliannya tidak hanya menjadi tanggung jawab sector kesehatan saja tetapi memerlukan kerjasama lintas sector dan program. Pengendalian vektor dilakukan dengan memakai metode pengendalian vektor terpadu yang merupakan suatu pendekatan yang menggunakan kombinasi beberapa metoda pengendalian vektor yang dilakukan berdasarkan pertimbangan keamanan, rasionalitas, efektifitas pelaksanaannya serta dengan mempertimbangkan kesinambungannya. Keunggulan Pengendalian Vektor Terpadu (PVT) adalah : 1. Dapat meningkatkan keefektifan dan efisiensi sebagai metode atau cara pengendalian 2. Dapat meningkatkan program pengendalian terhadap lebih dari satu penyakit tular vektor 3. Melalui kerjasama lintas sector hasil yang dicapai lebih optimal dan saling menguntungkan. Pengendalian Vektor Terpadu merupakan pendekatan pengendalian vektor menggunakan prinsip-prinsip dasar management dan pertimbangan terhadap penularan dan pengendalian peyakit. Pengendalian Vektor Terpadu dirumuskan melalui proses pengambilan keputusan yang rasional agar sumberdaya yang ada digunakan secara optimal dan kelestarian lingkungan terjaga. Prinsip-prinsip PVT meliputi: 1. Pengendalian vektor harus berdasarkan data tentang bioekologi vektor setempat, dinamika penularan penyakit, ekosistem dan prilaku masyarakat yang bersifat spesifik local( evidence based) 2. Pengendalian vektor dilakukan dengan partisipasi aktif berbagai sector dan program terkait, LSM, Organisasi profesi, dunia usaha /swasta serta masyarakat. 3. Pengendalian vektor dilakukan dengan meningkatkan penggunaan metoda non kimia dan menggunakan pestisida secara rasional serta bijaksana 4. Pertimbangan vektor harus mempertimbangkan kaidah ekologi dan prinsip ekonomi yang berwawasan lingkungan dan berkelanjutan. Beberapa metode pengendalian vektor sebagai berikut: 1. Metode pengendalian fisik dan mekanik adalah upaya-upaya untuk mencegah, mengurangi, menghilangkan habitat perkembangbiakan dan populasi vektor secara fisik dan mekanik. Contohnya: o modifikasi dan manipulasi lingkungan tempat perindukan (3M, pembersihan lumut, penenman bakau, pengeringan, pengalihan/ drainase, dll) o Pemasangan kelambu o Memakai baju lengan panjang o Penggunaan hewan sebagai umpan nyamuk (cattle barrier) o Pemasangan kawat 2. Metode pengendalian dengan menggunakan agen biotic - predator pemakan jentik (ikan, mina padi,dll) - Bakteri, virus, fungi - Manipulasi gen ( penggunaan jantan mandul,dll) 3. Metode pengendalian secara kimia - Surface spray (IRS) - Kelambu berinsektisida - larvasida Adapun prinsip dasar dalam pengendalian vektor yang dapat dijadikan sebagai pegangan sebagai berikut : a) Pengendalian vektor harus menerapkan bermacam-macam cara pengendalian agar vektor tetap berada di bawah garis batas yang tidak merugikan/ membahayakan. b) Pengendalian vektor tidak menimbulkan kerusakan atau gangguan ekologi terhadap tata lingkungan hidup. (Nurmaini, 2001) 2. Pengendalian secara alamiah (naturalistic control) yaitu dengan memanfaatkan kondisi alam yang dapat mempengaruhi kehidupan vector. Ini dapat dilakukan dalam jangka waktu yang lama 3. Pengendalian terapan (applied control) yaitu dengan memberikan perlindungan bagi kesehatan manusia dari gangguan vektor. Ini hanya dapat dilakukan sementara. a) Upaya peningkatan sanitasi lingkungan (environmental sanitation improvement) b) Pengendalian secara fisik-mekanik (physical-mechanical control) yaitu dengan modifikasi/manipulasi lingkungan c) Pengendalian secara biologis (biological control) yaitu dengan memanfaatkan musuh alamiah atau pemangsa/predator, fertilisasi d) Pengendalian dengan pendekatan per-UU (legal control) yaitu dengan karantina e) Pengendalian dengan menggunakan bahan kimia (chemical control) (Afrizal, 2010). PENUTUP A. KESIMPULAN 1. Vektor penyakit merupakan vector yang berperan sebagai penular penyakit. Vektor penyakit akibat serangga dikenal dengan arthropod - borne diseases atau sering juga disebut sebagai vector – borne diseases 2. Jenis-jenis dan klasifikasi vector penyakit yaitu phylum Arthropoda yang terdiri dari crustacea Kelas Myriapoda Kelas Arachinodea Kelas hexapoda dan phylum chodata yaitu berupa tikus. 2. Peranan vektor penyakit adalah sebagai pengganggu dan penular penyakit dari host ke pejamu (manusia) 3. Pengendalian yang dapat dilakukan dalam mengendalikan vector penyakit adalah Pengendalian Vektor secara Terpadu (PVT), Pengendalian secara alamiah (naturalistic control) dan Pengendalian terapan (applied control) DAFTAR PUSTAKA Afrizal, D. 2010. http://fkmutu.blogspot.com/2010/12/makalah-pengendalian-vektor-penyakit.html diakses pada tanggal 5 Maret 2011 Chandra,budi. 2003.Vektor Penyakit Menular Pada Manusia. http://files.buku-kedokteran.webnode.com/200000024-3716638102/Vektor%20Penyakit.pdf . diakses tanggal 4 maret 2011. Nurmaini. 2001. Identifikasi vektor dan binatang pengganggu serta pengendalian anopheles Aconitus secara sederhana.http://www.solex-un.net/repository/id/hlth/CR6-Res3-ind.pdf. diakses tanggal 4 maret 2011. Peraturan Mentri Republik Indonesia nomor 374/Mekes/PER/III/2010.tenteng Pengendalian Vektor. http://www.depkes.go.id/downloads/Pengendalian Vektor%20.pdf. diakses tanggal 4 maret 2011. Rahayu, Subekti. 2004. Semut Sahabat Petani. http://www.blueboard.com/kerengga/pdf/rahuya.pdf. di akses tanggal 4 maret 2011 http://kesmas-unsoed.blogspot.com/2011/03/makalah-vektor-penyakit.html http://juanna-kesling.blogspot.com/2011/05/vektor-binatang-pengganggu.html

Plasmodium Palcifarum

PLASMODIUM FALCIPARUM Parasitologi adalah ilmu yang mempelajari jasad-jasad yang hidup untuk sementara atau tetap di dalam atau pada permukaan jasad lain dengan maksud untuk mengambil makanan sebagian atau seluruhnya dari jasad itu (parasiros = jasad yang mengambil makanan; logos = ilmu). Dalam makalah ini akan dibahas mengenai plasmodium sp dan lebih rinci lagi akan dibahas mengenai plasmodium Falcifarum. Plasmodium sp pada manusia menyebabkan penyakit malaria dengan gejala demam, anemia dan spleomegali (pembengkakan spleen). Dikenal 4 (empat) jenis plasmodium, yaitu : 1. Plasmodium vivax menyebabkan malaria tertiana (malaria tertiana begigna). 2. Plasmodium malariae menyebabkan malaria quartana 3. Plasmodium falciparum menyebabkan malaria topika (malaria tertiana maligna). 4. Plasmodium ovale menyebabkan malaria ovale. Malaria menular kepada manusia melalui gigitan nyamuk Anopheles sp. dalam siklus hidupnya. Plasmodium sp berproduksi secara sexual (sporogoni)dan asexual (schizogon) di dalam host yang berbeda, host dimana terjadi reproduksi sexsual, disebut host definitive sedangakn reproduksi asexual terjadi pada host intermediate. Reproduksi sexual hasinya disebut sporozoite sedangkan hasil reproduksi asexual disebut merozoite. Plasmodium falciparum mempunyai sifat – sifat tertentu yag berbeda dengan species lainnya, sehingga diklasifikasikan dalam subgenus laveran. Plasmodium falciparum mempunyai klasifikasi sebagai berikut : Kingdom : Haemosporodia Divisio : Nematoda Subdivisio : Laveran Kelas : Spotozoa Ordo : Haemosporidia Genus : Plasmodium Species : Falcifarum A. Nama penyakit P.falciparum menyebabkan penyakit malaria falsifarum. B. Hospes Manusia merupakan hospes perantara parasit ini dan nyamuk Anopheles betina menjadi hopses definitifnya atau merupakan vektornya. C. Distribusi geografik Parasit ini ditemukan didaerah tropic, terutama di Afrika dan Asia Tenggara. Di Indonesia parasit ini terbesar di seluruh kepulauan. D. Morfologi dan daur hidup Parasit ini merupakan species yang berbahaya karena penyakit yang ditimbulkannya dapat menjadi berat dan menyebabkan kematian. Perkembangan aseksual dalam hati hanya menyangkut fase preritrosit saja; tidak ada fase ekso-eritrosit. Bentuk dini yang dapat dilihat dalam hati adalah skizom yang berukuran ± 30 µ pada hari keempat setelah infeksi. Jumlah morozoit pada skizon matang (matur) kira-kira 40.000 bentuk cacing stadium trofosoit muda plasmodium falciparum sangat kecil dan halus dengan ukuran ±1/6 diameter eritrosit. Pada bentuk cincin dapat dilihat dua butir kromatin; bentuk pinggir (marginal) dan bentuk accole sering ditemukan. Beberapa bentuk cincin dapat ditemukan dalam satu eritrosit (infeksi multipel). Walaupun bentuk marginal, accole, cincin dengan kromatin ganda dan infeksi multiple dapat juga ditemukan dalam eritrosit yang di infeksi oleh species plasmodium lain pada manisia, kelainan-kelainan ini lebih sering ditemukan pada Plasmodium Falciparum dan keadaan ini penting untuk membantu diagnosis species. Bentuk cincin Plasmodium falciparum kemudian menjadi lebih besar, berukuran seperempat dan kadang-kadang setengah diameter eitrosit dan mungkin dapat disangka parasit Plasmodium malariae. Sitoplasmanya dapat mengandung satu atau dua butir pigmen. Stadium perkembangan siklus aseksual berikutnya pada umumnya tidak berlangsumg dalam darah tepi, kecuali pada kasus brat (perniseosa). Adanya skizon muda dan matang Plasmodium falciparum dalam sediaan darah tepi berarti keadaan infeksi yang berat sehingga merupakan indikasi untuk tindakan pengobatan cepat. Bentuk skizon muda Plasmodium falciparum dapat dikenal dengan mudah oleh adanya satu atau dua butir pigmen yang menggumpal. Pada species parasit lain pada manusia terdapat 20 atau lebih butir pigmen pada stadium skizon yang lebih tua. Bentuk cincin da tofozoit tua menghilang dari darah tepi setelah 24 jam dan bertahan dikapiler alat-alat dalam, seperti otak, jantung, plasenta, usus atau sumsum tulang; di tempat – tempat ini parasit berkembang lebih lanjut. Dalam waktu 24 jam parasit di dalam kapiler berkembang biak secara zkisogoni. Bila skison sudah matang, akan mengisi kira-kira 2/3 eritrosit. Akhirnya membelah-belah dan membentuk 8 – 24 morozoit, jumlah rata-rata adalah 16. skizon matang Plasmodium falciparum lebih kecil dari skizon matang parasit malaria yang lain. Derajat infeksi pada jenis malaria ini lebih tinggi dari jenis-jenis lainnya, kadang-kadang melebihi 500.000/mm3 darah. Dalam badan manusia parasit tidak tersebar merata dalam alat-alat dalam dan jaringan sehingga gejala klinik pada malaria falciparum dapat berbeda-beda. Sebagian besar kasus berat dan fatal disebabkan oleh karena eritrosit yang dihinggapi parasit menggumpal dan menyumbat kapiler. Pada malaria falciparum eritrosit yang diinfeksi tidak membesar selama stadium perkembangan parasit. Eritrosit yang mengandung trofozoit tua dan skizon mempunyai titik kasar berwarna merah (titik mauror) tersebar pada dua per tiga bagian eritrosit. Pembentukan gametosit berlamgsung dalam alat-alat dalam, tetapi kadang-kadang stadium mudah dapat ditentukan dalam darah tepi. Gametosis muda mempunyai bentuk agak lonjong, kemudian menjadi lebih panjang atau berbentuk elips; akhirnya mencapai bentuk khas seperti sabit atau pisang sebagai gametosis matang. Gametosis untuk pertama k ali tampak dalam darah tepi setelah beberapa generasi mengalami skizogoni biasanya kira-kira 10 hari setelah parasit pertama kali tampak dalam darah. Gametosis betina atau makrogametosis biasanya lebih langsing dan lebih panjang dari gametosit jantang atau mikrogametosit, dan sitoplasmanya lebih biru dengan pulasan Romakonowsky. Intinya lebih lebih kecil dan padat, berwarna merah tua dan butir-butir pigmen tersebar disekitar inti. Mikrogametozit membentuk lebih lebar dan seperti sosis. Sitoplasmanya biru, pucat atau agak kemerah-merahan dan intinya berwarna merah mudah, besar dan tidak padat, butir-butir pign\men disekitan plasma sekitar inti. Jumlah gametosit pada infeksi Falciparum berbeda-beda, kadang-kadang sampai 50.000 – 150.000/mm3 darah, jumlah ini tidak pernah dicapai oleh species Plasmodium lain pada manusia. Walaupun skizogoni eritrosit pada Plasmodium falciparum selesai dalam waktu 48 jam dan priodisitasnya khas terirana, sering kali pada species ini terdapat 2 atau lebih kelompok-kelokpok parasit, dengan sporolasi yang tidak singkron, sehingga priodesitas gejala pada penderita menjadi tidak teratur, terutama pada stadium permulaan serangan malaria. Siklus seksual Plasmodium falciparum dalam nyamuk sama seperti pada Plasmodium yang lain. Siklus berlangsung 22 hari pada suhu 20o C, 15 – 17 hari pada suhu 23o C dan 10 – 11 hari pada suhu 25o C – 28o C. pigmen pada obkista berwarna agak hitam dan butir butinya relative besar, membentuk pola pada kista sebagai lingkaran ganda sekitar tepinya, tetapi dapat tersusun sebagai lingkaran kecil dipusat atau sebagai garis lurus ganda. Pada hari ke- 8 pigmen tidak tampak kecuali beberapa butir masih dapat dilihat. E. Patologi dan gejala-gejala. Masa tunas intrinsic malaria falciparum berlangsung antara 9-14 hari. Penyakitnya mulai dengan sakit kepala, punggung dan ekstremitas, perasaan dingin, mual, muntah atau diare ringan. Demam mungkin tidak ada atau ringan dan penderita tidak tampak sakit; diagnosis pada stadium ini tergantung dari anamosis tentang kepergian penderita ke daerah endemic malaria sebelumnya. Penyakit berlangsung terus, sakit kepala, punggung dan ekstremitas lebih hebat dan keadaan umum memburuk. Pada stadium ini penderita tampak gelisah, pikau mental (mentral cunfuncion). Demam tidak teratur dan tidak menunjukkan perodiditas yang jelas. Ada anemia ringan dan leucopenia dengan monositosis. Pada stadium dini penyakit penyakit dapat didiagnosis dan diobati dengan baik, maka infeksi dapat segera diatasi. Bila pengobatan tidak sempurna, gejala malaria pernisiosa dapat timbul secara mendadak. Istilah ini diberikan untuk penyulit berat yang timbul secara tidak terduga pada setiap saat, bila lebih dari 5 % eritrosit di-infeksi. Pada malaria Falciparum ada tiga macam penyulit : 1. Malaria serebral dapat dimulai secara lambat atau mendadak setelah gejala permulaan. 2. Malaria algida menyerupai syok/renjatan waktu pembedahan. 3. gejala gastro-intestinal menyerupai disentri atau kolera. Malaria falciparum berat adalah penyakit malaria dengam P.falciparum stadium aseksual ditemukan di dalam darahnya, disertai salah satu bentuk gejala klinis tersebut dibawah ini (WHO, 1990) dengan menyingkirkan penyebab lain (infeksi bakteri atau virus) : 1. malaria otak dengan koma (unarousable coma) 2. anemia normositik berat 3. gagal ginjal 4. Edema paru 5. Hipoglikemia 6. Syok 7. Perdarahan spontan/DIC (disseminated intravascular coagulation) 8. kejang umum yang berulang. 9. Asidosis 10. Malaria hemoglobinuria (backwater fewer) Manifestasi klinis lainnya (pada kelompok atau daerah didaerah tertentu) : 1. Gangguan kesadaran (rousable) 2. penderita sangat lemah (prosrated) 3. Hiperparasitemia 4. Ikterus (jaundice) 5. Hiperpireksia Hemolisis intravascular secara besar-besaran dapat terjadi dan memberikan gambaran klinis khas yang dikenal sebagai “blackwater fever” atau febris iktero-hemoglobinuria. Gejala dimulai dengan mendadak, urin berwarna merah tua samapi hitam, muntah cairan yang berwarna empedu, ikterus, badan cepat lemah dan morolitasnya tinggi. Pada “blackwater” parasit sedikit sekali, kadang-kadang tidak ditemukan dalam darah tepi. F. Diagnosis Diagnosis malaria falcifarum dapat dibuat dengan menemukan parasit trofozoit muda ( bentuk cincin ) tanpa atau dengan stadium gametosit dalam sediaan darah tepi. Pada autopsy dapat ditemukan pigmen dan parasit dalam kapiler otak dan alat-alat dalam. G.Resistensi parasit malaria terhadap obat malaria. Resistensi adalah kemampuan strain parasit untuk tetap hidup, berkembangbiak dan menimbulkan gejala penyakit, walaupun diberi pengobatan terhadap parasit dalam dosis standar atau dosis yang lebih tinggi yang masih dapat ditoleransi. Resistensi P.falciparum terhadap obat malaria golongan 4 aminokuinolin (klorokuin dan amodiakuin untuk pertama kali ditemukan pada tahun 1960 -1961 di Kolombia dan Brasil. Kemudian secara berturut-turut ditemukan di Asia Tenggara, di Muangthai, Kamboja, Malaysia, Laos, Vietnam, Filifina. Di Indonesia ditemukan di Kalimantan timur (1974), Irian Jaya (1976), Sumatera Selatan (1978), Timor Timur (1974), Jawa Tengah (Jepara, 1981) dan Jawa Barat (1981). Focus resistensi tidak mengcakup semua daerah, parasit masih sensitive dibeberapa tempat di daerah tersebut. Bila resistensi P.Falciparum terhadap klorokuin sudah dapat dipastikan, obat malaria lain dapat diberikan , antara lain : 1. Kombinasi sulfadoksin 1000 mg dan pirimetamin 25 mg per tablet dalam dosis tunggal sebanyak 2-3 tablet. 2. Kina 3 x 2 tablet selama 7 hari. 3. Antibiotik seperti tetrasiklin 4 x 250 mg/hari selama 7-10 hari, minosiklin 2 x 100 mg/hari selama 7 hari. 4. Kombinasi – kombinasi lain : kina dan tetrasiklin. Mengapa parasit malaria menjadi resisten terhadap klorokuin, amsih belum diketahui dengan pasti. Ada beberapa kemungkinan yaitu : 1. Mungkin parasit itu tidak mempunyai tempat (site) untuk mengikat klorokuin sehingga obat ini tidak dapat dikonsentrasi dalam sel darah merah, 2. Plasmodium yang resisten mempunyai jalur biokimia (biochemical pathway) lain untuk mengadakan sintesis asam amino sehingga dapat menghindarkan pengaruh klorokuin, 3. Mutasi spontan dibawah tekanan otot. Criteria untuk menentukan resistensi parasit malaria terhadap 4-aminokuinolin dilapangan telah ditentukan oleh WHO dengan cara in vivo dan in vitro. Derajat resistensi terhadapobat secara in vivo dapat dibagi menjadi : S : Sensitive dengan parasit yang tetap menghilang setelah pengobatan dan diikuti selama 4 minggu. R I : Resistensi tingkat I dengan rekrusesensi lambat atau dini (pada minggu ke 3 sampai ke 4 atau minggu ke 2) R II : Resistensi tingkat II dengan jumlah parasit menurun pada tingkat I. R III : Resistensi tingkat III dengan jumlah parasit tetap sama atau meninggi pada minggu ke I. Akhir akhir ini ada laporan dari beberapa Negara (Bombay India, Myanmar, Papua Nugini, Kepulauan Solomon, Brasil) dan dari Indonesia (Pulau nias Sumatera Utara, Florest NTT, Lembe Sulawesi Utara, Irian Jaya) mengenai P.vivax yang resistensi ditentukan dengan cara mengukur konsentrasi klorokuin dalam darah atau serum penderita. G. Pengobatan Pengobatan dan Pencegahan Penyakit Malaria Klasifikasi biologi obat malaria Berdasarkan suseptibilitas berbagai stadium parasit malaria terhadap obat malaria maka obat malaria di bagi dalam 5 golongan : 1. Skizontosida jaringan primer : proguanil, pirimetamin, dapat membasmi parasit pra eritrosit sehingga mencegah masuknya parasit ke dalam eritrosit digunakan sebagai profilaksis kausal. 2. Skizontosida jaringan sekunder primakuin, membasmi parasit daur eksoeritrosit atau bentuk-bentuk jaringan P. vivax dan P. ovale dan digunakan untuk pengobatan radikal infeksi ini sebagai obat anti relaps. 3. Skizontosida darah : membasmi parasit stadium eritrosit yang berhubungan dengan penyakit akut disertai gejala klinis. 4. Gametositosida : menghancurkan semua bentuk seksual termasuk stadium gametosit P.falcifarum , juga mempengaruhi stadium perkembangan parasit malaria dalam nyamuk Anopheles betina 5. Sporontosida : mencegah atau menghambat gametosit dalam darah untuk membentuk ookista dan sporozoit dalam nyamuk Anopheles Obat-obat malaria yang ada dapat dibagi dalam 9 golongan menurut rumus kimianya : 1. Alkaloid cinchona (kina) 2. 8-aminokuinolin (primakuin) 3. 9-aminoakridin (mepakrin) 4. 4-aminokuinolin (klorokuin, amodiakuin) 5. Biguanida(proguanil) 6. Diaminopirimidin (pirimetamin, trimetoprim) 7. Sulfon dan sulfonamide 8. Antibiotic ( tetrasiklin, minosiklin, klindamisin ) 9. Kuinilinmetanol dan fenantrenmetanol ( meflokuin ) Penggunaan Obat malaria Suatu obat mempunyai beberapa kegunaan yang dapat dipengaruhi beberapa factor, seperti spesies parasit malaria, respon terhadap obat tersebut, adanya kekebalan parsial manusia, risiko efek toksik, ada tidaknya obat tersebut di pasaran, pilihan dan harga obat. Penggunaan obat malaria yang utama ialah sebagai pengobatan pencegahan (profilaksisi ), pengobatan kuratif ( terapeutik ), dan pencegahan transmisi. 1. Pengobatan pencegahan (profilaksis). Obat diberikan dengan tujuan mencegah terjadinya infeksi atau timbulnya gejala. Semua skizontisida darah adalah obat profilaksis klinis atau supresif dan ternyata bila pengobatan diteruskan cukup lama , infeksi malaria dapat lenyap. 2. Pengobatan terapeutik (kuratif). Obat digunakan untuk pengobatan infeksi yang telah ada, penanggulangan serangan akut dan pengobatan radikal. Pengobatan serangan akut dapat dilakukan dengan skizontosida. 3. Pengobatan pencegahan transmisi. Obat yang efektif terhadap gametosit, sehingga dapat mencegah infeksi pada nyamuk atau mempengaruhi perkembangan sporogonik pada nyamuk adalah gametositosida atau sporontosida Pada pemberantasan penyakit malaria, penggunaan obat secara operasional tergantung pada tujuannya. Bila obat malaria digunakan oleh beberapa individu untuk pencegahan infeksi, maka disebut proteksi individu atau profilaksis individu.Dalam program pemberantasan malaria cara pengobatan yang terpenting adalah pengobatan presumtif, pengobatan radikal, dan pengobatan missal. Pengobatan presumtif adalah pengobatan kasus malaria pada waktu darahnya diambil untuk kemudian dikonfirmasi infeksi malarianya. Pengobatan radikal dilakukan dentgan tujuan membasmi semua parasit yang ada dan mencegah timbulnya relaps. Pengobatan misal dilakukan di daerah dengan endemisitas tinggi. Tiap orang harus mendapat pengobatan secara teratur dengan dosis yang telah ditentukan. Dosis obat malaria Dosis obat malaria tanpa keterangan khusus berarti bahwa dosis tersebut diberikan kepada orang dewasa dengan BB kurang lebih 60 kg. Dosis tersebut dapat disesuaikan BB ( 25 mg/kg BB dosis total. Pencegahan penyakit malaria 1. Menghindari gigitan nyamuk, misalnya tidur menggunakan kelambu 2. Mengobati semua penderita untuk menghilangkan sumber penularan 3. Pemberantasan nyamuk dan larvanya DAFTAR PUSTAKA Adam, Sry Amsunir, 1992, mikrobiologi dan parasitologi untuk perawat, Jakarta; EGC. Indan Entjan, 2001, mikrobiologi dan parasit untuk perawat, Bandung; Citra Aditya Bakri. Margono, Sri, 1998, parasitologi kodekteran, Jakarta; FKUI J.M.Gibson,MD, 1996. Mikrobiologi dan patologi modern untuk perawat, Jakarta, EGC Harold W Brown, 1983, Dasar-dasar parasitologi klinik, Jakarta, PT. Gramedia. About these ads

konsep askep anak dengan down syndrome

ASUHAN KEPERAWATAN ANAK DENGAN DOWN SYNDROME KELOMPOK III • Ahmad Al Anshari • Anugrah Forcy Syabana • Dina Afridha Hayati • Fitria Sari • Husri Bahyuni • Lela • Mega Agustiana Bakri • Musyarofatul Hasanah • Oki Saputra • Rifqi Anshari • Siscatri Nindasari • Virgawati SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN MUHAMMADIYAH BANJARMASIN PRODI S1 KEPERAWATAN KELAS IIIE TAHUN 2012 JL. LET. JEND. S.PARMAN BANJARMSIN TLP: 0511 3360265 KALIMANTAN SELATAN KATA PENGANTAR Puji syukur penulis panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa , karena atas limpahan Rahmat dan Hidayah-Nya kami dapat menyelesaikan makalah dengan judul “Asuhan Keperawatan Anak dengan Down Syndrome” Harapan kami semoga makalah ini dapat memberikan sumbangan yang berarti dan berguna. Kami menyadari bahwa dalam penyusunan makalah ini masih banyak kekurangan baik dari segi materi yang disajikan maupun dari struktur bahasa yangdigunakan, itu semua tidak lain disebabkan oleh keterbatasan yang kami miliki, untuk itu kami sangat mengharapkan kritik, saran dan koreksi yang membangun dari para pembaca. Akhir kata mudah-mudahan makalah ini dapat bermanfaat bagi para pembaca sekalian. DAFTAR ISI Kata Pengantar……………………………………………………………................ i Daftar Isi…………………………………………………………………...........…... ii BAB 1 : Konsep dasar Asuhan Keperawatan anak dengan Down syndrome A. Pengertian.................................................................................................. 1 B. Etiologi....................................................................................................... 2 C. Gejala dan tanda....................................................................................... 4 D. Patofisiologi............................................................................................... 5 E. Diagnosis.................................................................................................... 6 F. Penatalaksanaan....................................................................................... 7 G. Asuhan Keperawatan............................................................................... 9 BAB II : Penutup a. Kesimpulan............................................................................................... 20 b. Saran......................................................................................................... 20 Daftar Pustaka……………….....……………..........................…………………… 21 BAB I KONSEP DASAR ASUHAN KEPERAWATAN ANAK DENGAN DOWN SYNDROM A. PENGERTIAN Down syndrom merupakan kelainan kromosom yakni terbentuknya kromosom 21(trisomy 21),krosom ini terbentuk akibat kegagalan sepasang kromosom untuk saling memisahkan diri saat terjadi pembelahan.kelainan yang berdampak pada keterbelakangan pertumbuhan fisik dan mental. Syndrom down adalah gangguan kromosom yang paling sering diitemukan sekitar 95% orang yang terkena memiliki trisomy 21 sehingga sejumlah kromosom mereka adalah 47.seperti telah disinggung sebelumnya ,penyebab tersering trisomi,dan karenanya sindrom down adalah Nondisjunction meiotic. Orang tua para anak ini memiliki kriotipe normal dalam semua aspek.Usia ibu memperlihatkan pengaruh kuat pada insiden syndrom down.Kelainan ini terjadi pada 1 dari 1550 kelahiran hidup pada perempuan berusia kurang dari 20 tahun,berbeda dengan 1 dari 25 kelahiran hidup pada perempuan berusia lebih dari 45 tahun.korelasi dengan usia ibu mengisyaratkan bahwa pada sebagian besar kasus nondisjunction meiotic pada kromosom 21 terjadi di ovum.Memang pada 95% kasus kromosom tambahan berasal dari ibu.Penyebab terjadinya kerentanan ovum terhadap nondisjunction belum sepenuhnya dipahami.Tidak ditemukan efek usia ayah pada kasus yang kromosom tambahannya berasal dari ayah. Pada sekitar 4% dari semua pasien trisomi 21,bahan kromosom tambahan terdapat bukan sebagai kromosom tambahan ,tetapi sebagai translokasi lengan panjang kromosom 21 ke kromosom 22 atau 14.kasus tersebut biasanya familial,dan kromosom yamg mengalami translokasi diwarisi dari slah satu orang tua,yang umumnya adalah pembawa sifat untuk translokasi robertosonian.Konskuensi perkawinan seorang pembawa translokasi 14;21(yang mungkin secara fenotife normal,dengan jumlah kromosom 45). B. ETIOLOGI Ibu hamil setelah lewat umur (lebih dari 40 th) kemungkinan melahirkan bayi dengan Down syndrome. Infeksi virus atau keadaan yang mempengaruhi susteim daya tahan tubuh selamaibu hamil. Penyebab dari Sindrom Down adalah adanya kelainan kromosom yaitu terletak pada kromosom 21 dan 15, dengan kemungkinan-kemungkinan : 1. Postzygotic non disjunction ( Mosaicism ) 2. Translokasi kromosom 21 dan 15 3. Non Disjunction sewaktu osteogenesis ( Trisomi ) Faktor-faktor yang berperan dalam terjadinya kelainan kromosom ( Kejadian Non Disjunctional ) adalah : a. Genetik Karena menurut hasil penelitian epidemiologi mengatakan adanya peningkatan resiko berulang bila dalam keluarga terdapat anak dengan syndrom down. b. Radiasi Ada sebagian besar penelitian bahwa sekitar 30 % ibu yang melahirkan ank dengan syndrom down pernah mengalami radiasi di daerah sebelum terjadi konsepsi. c. Infeksi Dan Kelainan Kehamilan d. Autoimun dan Kelainan Endokrin Pada ibu Penelitian Fial kow ( dikutip dari Puechel dkk, dalam buku tumbuh kembang anak karangan Soetjiningsih ) secara konsisten mendapatkan adanya perbedaan antibodi ibu yang melahirkan anak dengan sindrom down dengan anak yang normal. Terutama autoimun tiroid atau penyakit yang dikaitkan dengan tiroid. e. Umur Ibu Apabila umur ibu diatas 35 tahun diperkirakan terdapat perubahan hormonal yang dapat menyebabkan “non dijunction” pada kromosom. Perubahan endokrin seperti meningkatnya sekresi androgen, menurunnya kadar hidroepiandrosteron, menurunnya konsentrasi estradiolsistemik, perubahan konsentrasi reseptor hormon danpeningkatan kadar LH dan FSH secara tiba-tiba sebelum dan selam menopause. Selain itu kelainan kehamilan juga berpengaruh. f. Umur Ayah Penilitian sitogenetik mendapatkan bahwa 20 – 30 % kasus penambahan kromosom 21 bersumber dari ayah, tetapi korelasi tidak setinggi dengan faktor ibu. Selain itu ada faktor lain seperti gangguan intragametik, organisasi nukleolus, bahan kimia dan frekuensi koitus. C. GEJALA DAN TANDA Gejala atau tanda-tanda yang muncul akibat down syndrome dapat bervariasi mulai dari yang tidak tampak sama sekali, tampak minimal sampai muncul tanda yang khas. Tanda yang paling khas pada anak yang menderita down syndrome adalah adanya keterbelakangan perkembangan fisik dan mental pada anak (Olds, London, & Ladewing. 1996). Penderita sangat mudah dikenali dengan adanya penampilan fisik yang menonjol berupa bentuk kepala yang relatif kecil dari normal (microchephaly) dengan anteroposterior kepala mendatar. Pada bagian wajah biasanya tampak sela hidung yang datar, mulut yang mengecil dan lidah yang menonjol keluar (macroglossia). Seringkali mata menjadi sipit dengan sudut bagian tengah membentuk lipatan (epicanthal folds) tanda klinis pada bagian tubuh lainnya berupa tangan yang pendek termasuk ruas jari-jarinya serta jarak antara jari pertama dan kedua baik pada dan kaki melebar. Sementara itu lapisan kulit tampaknya keriput (dermatoglyphics). Kelainan kromosom ini juga bisa menyebabkan gangguan atau bahkan kerusakan pada sistem organ yang lain. Pada bayi yang baru lahir kelainan dapat berupa congenital heart disease. Kelainan ini yang biasanya berakibat patal di mana bayi dapat meninggal dengan cepat. Berat badan waktu lahir dari bayi dengan syndrom down umumnya kurang dari normal. Beberapa Bentuk Kelainan Pada Anak Dengan Syndrom Down : 1. Sutura Sagitalis Yang Terpisah 2. Fisura Palpebralis Yang Miring 3. Jarak Yang Lebar Antara jari Kaki I dan II 4. Fontanela “Palsu” 5. “Plantar Crease” Jari Kaki I Dan II 6. Hyperfleksibilitas 7. Peningkatan Jaringan Sekitar Leher 8. Bentuk Palatum Yang Abnormal 9. Hidung Hipoplastik 10. Kelemahan Otot dan Hipotonia 11. Bercak Brushfield Pada Mata 12. Mulut Terbuka Dan Lidah Terjulur 13. Lekukan Epikantus (Lekukan Kulit Yang Berbentuk Bundar) Pada Sudut Mata Sebelah Dalam 14. “Single Palmar Crease” Pada Tangan Kiri Dan Kanan 15. “Brachyclinodactily” tangan kiri dan tangan kanan 16. Jarak Pupil Yang Lebar 17. Oksiput Yang Datar 18. Tangan Dan Kaki Yang Pendek Serta Lebar 19. Bentuk / Struktur Telinga Yang Abnormal 20. Kelainan Mata, Tangan, Kaki, Mulut, Sindaktili 21. Mata Sipit Gejala-Gejala Lain : 1. Anak-anak yang menderita kelainan ini umumnya lebih pendek dari anak yangumurnya sebaya. 2. Kepandaiannya lebih rendah dari normal. 3. Lebar tengkorak kepala pendek, mata sipit dan turun, dagu kecil yang manalidah kelihatan menonjol keluar dan tangan lebar dengan jari-jari pendek. 4. Pada beberapa orang, mempunyai kelainan jantung bawaan.Juga sering ditemukan kelainan saluran pencernaan seperti atresia esofagus (penyumbatan kerongkongan) dan atresia duodenum, juga memiliki resiko tinggi menderita leukimia limfositik akut. Dengan gejala seperti itu anak dapat mengalami komplikasi retardasi mental, kerusakan hati bawaan, kelemahan neurosensori, infeksi saluran nafas berulang, kelainan GI. Komplikasi yang mungkin dialami : 1. Penyakit Alzheimer’s (penyakit kemunduran susunan syaraf pusat) 2. Leukimia (penyakit dimana sel darah putih melipat ganda tanpa terkendalikan). D. PATOFISIOLOGI Down Syndrome disebabkan adanya kelainan pada perkembangan kromosom. Kromosom merupakan serat khusus yang terdapat pada setiap sel tubuh manusia dan mengandung bahan genetik yang menentukan sifat-sifat seseorang. Pada bayi normal terdapat 46 kromosom (23 pasang) di mana kromosom nomor 21 berjumlah 2 buah (sepasang). Bayi dengan penyakit down syndrome memiliki 47 krososom karena kromosom nomor 21 berjumlah 3 buah. Kelebihan 1 kromosom (nomor 21) atau dalam bahasa medisnya disebut trisomi-21 ini terjadi akibat kegagalan sepasang kromosom 21 untuk saling memisahkan diri saat terjadi pembelahan. Trisomi-21 menyebabkan fisik penderita down syndrome tampak berbeda dengan orang-orang umumnya. Selain ciri khas pada wajah, mereka juga mempunyai tangan yang lebih kecil, jari- jari pendek dan kelingking bengkok. Keistimewaan lain yang dimiliki oleh penderita down syndrome adalah adanya garis melintang yang unik di telapak tangan mereka. Garis yang disebut simiancrease ini juga terdapat di kaki mereka, yaitu antara telunjuk dan ibu jari mereka yang berjauhan (sandal foot). E. DIAGNOSIS Pemeriksaan diagnostik digunakan ntuk mendeteksi adanya kelainan sindrom down, ada beberapa pemeriksaan yang dapat membantu menegakkan diagnosa ini, antara lain: a) Pemeriksaan fisik penderita b) Pemeriksaan kromosom (Kariotip manusia biasa hadir sebagai 46 autosom+XX atau 46 autosom+XY, menunjukkan 46 kromosom dengan aturan XX bagi betina dan 46 kromosom dengan aturan XY bagi jantan, tetapi pada sindrom down terjadi kelainan pada kromosom ke 21 dengan bentuk trisomi atau translokasi kromosom 14 dan 22). Kemungkinan terulang pada kasus (trisomi adalah sekitar 1%, sedangkan translokasi kromosom 5-15%) c) Ultrasonograpgy (didapatkan brachycephalic, sutura dan fontela terlambat menutup, tulang ileum dan sayapnya melebar) d) ECG (terdapat kelainan jantung) e) Echocardiogram untuk mengetahui ada tidaknya kelainan jantung bawaan mungkin terdapat ASD atau VSD. f) Pemeriksaan darah (percutaneus umbilical blood sampling) salah satunya adalah Dengan adanya Leukemia akut menyebabkan penderita semakin rentan terkena infeksi, sehingga penderita ini memerlukan monitoring serta pemberian terapi pencegah infeksi yang adekuat. g) Penentuan aspek keturunan h) Dapat ditegakkan melalui pemeriksaan cairan amnion atau korion pada kehamilan minimal 3 bulan, terutama kehamilan di usia diatas 35 tahun keatas i) Pemeriksaan dermatoglifik yaitu lapisan kulit biasanya tampak keriput. F. PENATALAKSANAAN a) Penanganan Secara Medis Sampai saat ini belum ditemukan metode pengobatan yang paling efektif untuk mengatasi kelainan ini. Dengan demikian penatalaksanaan dioptimalkan untuk meminimalkan dampak yang dapat terjadi pada penderita serta memberikan dukungan yang dapat memungkinkan penderita dapat tumbuh dan berkembang serta mampu bersosialisasi dengan baik. Pada tahap perkembangannya penderita Down syndrom juga dapat mengalami kemunduran dari sistim penglihatan, pendengaran maupun kemampuan fisiknya mengingat tonus otot-oot yang lemah. Dengan demikian penderita harus mendapatkan support maupun informasi yang cukup serta kemudahan dalam menggunakan sarana atau fasilitas yang sesuai berkaitan dengan kemunduran perkembangan baik fisik maupun mentalnya. Pembedahan biasanya dilakukan pada penderita untuk mengoreksi adanya defek pada jantung, mengingat sebagian besar penderita lebih cepat meninggal dunia akibat adanya kelainan pada jantung tersebut. Dengan adanya Leukemia akut menyebabkan penderita semakin rentan terkena infeksi, sehingga penderita ini memerlukan monitoring serta pemberian terapi pencegah infeksi yang adekuat. Penanganan Secara Medis yang dapat dilakukan antara lain : a. Pembedahan Pembedahan biasanya dilakukan pada penderita untuk mengoreksi adanya defek pada jantung, mengingat sebagian besar penderita lebih cepat meninggal dunia akibat adanya kelainan pada jantung tersebut. b. Pemeriksaan Dini c. Pendengaran Biasanya terdapat gangguan pada pendengaran sejak awal kelahiran, sehingga dilakukan pemeriksaan secara dini sejak awal kehidupannya. d. Penglihatan Sering terjadi gangguan mata, sehingga perlu dilakukan pemeriksaan secara rutin oleh dokter ahli mata. e. Pemeriksaan Nutrisi Pada perkembangannya anak dengan sindrom down akan mengalami gangguan pertumbuhan baik itu kekurangan gizi pada masa bayi dan prasekolah ataupun kegemukan pada masa sekolah dan dewasa, sehingga perlu adanya kerjasama dengan ahli gizi. f. Pemeriksaan Radiologis Diperlukan pemeriksaan radiologis untuk memeriksa keadaan tulang yan dianggap sangat mengganggu atau mengancam jiwa (spina servikalis). b) Pendidikan a. Pendidikan khusus Program khus untuk menangani anak dengan sindrom down adalah membuat desain bangunan dengan menerapkan konsep rangsangan untuk tempat pendidikan anak-anak down's syndrome. Ada tiga jenis rangsangan, yakni fisik, akademis dan sosial. Ketiga rangsangan itu harus disediakan di dalam ruangan maupun di luar ruangan. Hal ini diharapkan anak akan mampu melihat dunia sebagai sesuatu yang menarik untuk mengembangkan diri dan bekerja. b. Taman bermain atau taman kanak – kanak Rangsangan secara motorik diberikan melalui pengadaan ruang berkumpul dan bermain bersama (outdoor) seperti : • Cooperative Plaza untuk mengikis perilaku pemalu dan penyendiri. • Mini Zoo dan Gardening Plaza adalah tempat bagi anak untuk bermain bersama hewan dan tanaman c. Intervensi dini. Pada akhir – akhir ini terdapat sejumlah program intervensi dini yang dipakai sebagai pedoman bagi orang tua untuk memberikan lingkungan bagi anak dengan sindrom down. Akan mendapatkan manfaat dari stimulasi sensori dini, latihan khusus untuk motorik halus dan kasar dan petunjuk agar anak mau berbahasa. Dengan demikian diharapkan anak akan mampu menolong diri sendiri, seperti belajar makan, pola eliminasi, mandi dan yang lainnya yang dapat membentuk perkembangan fisik dan mental. c) Penyuluhan terhadap orang tua Diharapkan penjelasan pertama kepada orang tua singkat, karena kita memandang bahwa perasaan orang tua sangat beragam dan kerena kebanyakan orang tua tidak menerima diagnosa itu sementara waktu, hal ini perlu disadari bahwa orang tua sedang mengalami kekecewaan. Setelah orang tua merasa bahwa dirinya siap menerima keadaan anaknya, maka penyuluhan yang diberikan selanjutnya adalah bahwa anak dengan sindrom down itu juga memiliki hak yang sama dengan anak normal lainnya yaitu kasih sayang dan pengasuhan. Pada pertemuan selanjutnya penyuluhan yang diberikan antra lain : Apa itu sindrom down, karakteristik fisik dan antisipasi masalah tumbuh kembang anak. Orang tua juga harus diberi tahu tentang fungsi motorik, perkembangan mental dan bahasa. Demikian juga penjelasan tentang kromosom dengan istilah yang sederhana, informasi tentang resiko kehamilan berikutnya. G. ASUHAN KEPERAWATAN a) Pengkajian Menurut Wong, D.L. (2004), pengkajian pada anak dengan sindrom Down adalah sebagai berikut: 1. Pengkajian pada orang tua Melalui teknik wawancara, kita akan mendapatkan riwayat keluarga, terutama yang berkaitan dengan usia ibu atau anak lain dalam keluarga yang mengalami keadaan serupa. 2. Pengkajian pada anak 1) Mengkaji identitas dan keadaan umum anak Pengkajian ini terdiri dari pemeriksaan secara umum seperti pengkajian identitas anak, pemeriksaan status kesadaran, status gizi, tanda-tanda vital, dan lain-lain. (Hidayat, A.A., 2005: 115). 2) Melakukan pengkajian perkembangan anak Untuk menilai perkembangan anak pertama yang dapat dilakukan adalah dengan wawancara tentang factor kemungkinan yang menyebabkan gangguan dalam perkembangan, kemudian melakukan tes skrining perkembangan anak dengan DDST, tes IQ, dan tes psikologi lainnya. Selain itu juga dapat dilakukan tes lainnya seperti evaluasi dalam lingkungan anak yaitu interaksi anak selama ini, evaluasi fungsi penglihatan, pendengaran, bicara, dan bahasa. (Hidayat, A.A., 2005: 38). 3. Melakukan pengkajian fisik Pengkajian fisik yang dapat kita lakukan adalah mengobservasi adanya manifestasi sindrom Down yang meliputi: 1) Karakter fisik (paling sering terlihat): • Tengkorak bulat kecil dengan oksiput datar • Lipatan epikantus bagian dalam dan fisura palpebra serong (mata miring ke atas, ke luar) • Hidung kecil dengan batang hidung tertekan ke bawah (hidung sadel) • Lidah menjulur (kadang berfisura) • Mandibula hipoplastik (membuat lidah tampak besar) • Palatum berlengkung tinggi • Leher pendek tebal • Muskulatur hipotonik (abdomen buncit, hernia umbilicus) • Sendi hiperfleksibel dan lemas • Garis simian (puncak transversal pada sisi telapak tangan) • Tangan dan kaki lebar, pendek dan tumpul  Intelegensia • Bervariasi dari retardasi hebat sampai intelegensia normal rendah • Umumnya dalam rentang ringan sampai sedang • Kelambatan bahasa lebih berat daripada kelambatan kognitif  Anomali kongenital (peningkatan insidens) • Penyakit jantung kongenital (paling umum) • Defek lain meliputi:  Agenesis renal  Atresia duodenum  Penyakit Hirscprung  Fistula trakeoesofagus  Subluksasi pinggul  Ketidakstabilan vertebra servikal pertama dan kedua (ketidakstabilan atlantoaksial)  masalah sensori (seringkali berhubungan) • Kehilangan pendengaran konduktif (sangat umum) • Strabismus • Myopia • Nistagmus • Katarak • Konjungtivitis  pertumbuhan dan perkembangan seksual • Pertumbuhan tinggi dan berat badan menurun; umumnya obesitas • Perkembangan seksual terlambat, tidak lengkap atau keduanya • Infertile pada pria, wanita dapat fertile • Penuaan premature umum terjadi; harapan hidup rendah 4. Untuk memperoleh data penunjang, kita dapat melakukan test diagnostic (pemeriksaan penunjang) misalnya: a. Neuroradiologi b. Ekoensefalografi c. Biopsy otak d. Penelitian biokimiawi e. Analisis kromosom f. Rontgent dada g. Rontgent saluran pencernaan h. Ekokardiogram i. EKG j. Dermatogiflik k. Uji intelegensi standar l. Uji perkembangan seperti Denver II m. Pengukuran fungsi adaptif Hal lain yang perlu dikaji : a. Selama Masa Neonatal Yang Perlu Dikaji : 1. Keadaan suhu tubuh terutama masa neonatal 2. Kebutuhan nutrisi / makan 3. Keadaan indera pendengaran dan penglihatan 4. Pengkajian tentang kemampuan kognitif dan perkembangan mental anak 5. Kemampuan anak dalam berkomunikasi dan bersosialisasi 6. Kemampuan motorik 7. Kemampuan keluarga dalam merawat anak denga syndrom down terutama tentang kemajuan perkembangan mental anak b. Pengkajian terhadap kemampuan motorik kasar dan halus c. Pengkajian kemampuan kognitif dan perkembangan mental d. Pengkajian terhadap kemampuan anak untuk berkomunikasi e. Tes pendengaran, penglihatan dan adanya kelainan tulang f. Bagaimana penyesuaian keluarga terhadap diagnosis dan kemajuan perkembangan mental anak. b) Diagnosa 1. Perubahan nutrisi (pada neonatus) : kurang dari kebutuhan berhubungan dengan kesulitan pemberian makanan karena lidah yang menjulur dan palatum yang tinggi. 2. Resiko tinggi infeksi berhubungan dengan hipotonia, peningkatan kerentanan terhadap infeksi pernapasan 3. Resiko tinggi konstipasi berhubungan dengan hipotonia 4. Intoleransi aktifitas berhubungan dengan keterbatasan fisik dan mental yang mereka miliki. 5. Resiko terhadap cidera berhubungan dengan hipotonia, hiperekstensibilitas sendi,instabilitas. 6. Kurangnya interaksi sosial anak b/d keterbatasan fisik dan mental yang mereka miliki. 7. Perubahan proses keluarga berhubungan dengan faktor finansial yang dibutuhkan dalam perawatan dan mempuyai anak yang tidak normal. 8. Defisit pengetahuan (orang tua) b/d perawatan anak syndrom down. c) Rencana/Intervensi Keperawatan 1. Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengankesulitan pemberian makanan karena lidah yang menjulur dan palatum yang tinggi. • Tujuan : Masukan nutrisi adekuat untuk kebutuhan individu • Kriteria : BB progresif kearah tujuan dengan nilainya bebas dari nutrisi. • Intervensi: a. Kaji status nutrisi secara kontinue, selama perawatan setiap hari, perhatikan tingkat energi; kondisi kulit, kuku, rambut, rongga mulut, keinginan untuk makan/anoreksia.  R/ memberikan kesempatan untuk mengobservasi penyimpangan dari normal/dasar pasien dan mempengaruhi pilihan intervensi b. Timbang BB setiap hari dan bandingkan dengan BB saat penerimaan.  R/ Membuat data dasar, membantu dalam memantau keefektifan aturan terapeutik, dan menyadarkan perawat terhadap ketidaktepatan kecendrungan dalam penurunan/penambahan BB c. Dokumentasikan masukan oral slama 24 ja, riwayat makanan, jumlah kalori dengan tepat.  R/ Mengidentifikasikan ketidakseimbangan antara perkiraan kebutuhan nutrisi dan masukan aktual d. Berikan larutan nutrisi pada kecepatan yang dianjurkan melalui alat kontrol infus sesuai kebutuhan. Atur kecepatan pemberian setiap jam sesuai anjuran.  R/ Ketentuan dukungan nutrisi didasarkan pada perkiraan kebutuhan kalori dan protein. Kecepatan konisten dari pemberian nutrisi akan menjamin penggunaan tepat dengan efek samping lebih sedikit, seperti hiperglikemia/sindrom dumping. Infus secara umum lebih baik ditoleransi dari pada pemberian makan bolus dan mengakibatkan perbaikan absorvasi e. Pertahankan retensi selang pemberian makan enteral dengan membilas air hangat, sesuai indikasi.  R/ Formula enteral mengandung protein yang menghambat selang pemberian makan (silikon) mungkin daripada selang poliuretan yang memerlukan pembuangan/pergantian selang 2. Resiko Tinggi Infeksi Berhubungan Dengan tidak adekuatnya mekanisme pertahanan tubuh, Hipotonia, Peningkatan Kerentanan Terhadap Infeksi Pernapasan. • Tujuan : Pasien Tidak Menunjukan Bukti-Bukti Infeksi Pernafasan. • Kriteria Hasil : Anak Tidak Menunjukkan Bukti Infeksi Atau Distress Pernafasan • Intervensi : a. ajarkan keluarga tentang menggunaan teknik mencuci tangan yang baik  R/untuk meminimalkan pemajanan pada organisme infektif. b. tekankan pentingnya mengganti posisi anak dengan sering ,terutama menggunakan postur duduk.  R/untuk mencegah penumpukan sekresi dan memudahkan ekspansi paru. c. Dorong menggunaan vaporizer uap dingin.  R/ untuk mencegah krusta sekresi nasal dan mengeringnya membrane mukosa. d. Ajarkan pada keluarga pengisapan hidung dengan spuit tipe-bulb  R/karena tulang hidung anak yang tidak berkembang menyebabkan masalah kronis ketidak adekuatan drainase mucus. e. Tekankan pentingnya perawatan mulut yang baik (mis,lanjutkan pemberian makanan dengan air jernih),sikat gigi.  R/untuk menjaga mulut sebersi mungkin. f. Dorong kepatuhan terhadap imunitas yang di anjurkan.  R/untuk mencegah infeksi. g. Tekankan pentingnya menyelesaikan program antibiotic bila di istrusikan.  R/ untuk kebersihan penghilangan infeksi dan mencegah pertumbuhan organisme. 3. Resiko tinggi konstipasi berhubungan dengan hipotonia • Hasil yang diharapkan : Anak tidak mengalami konstipasi • Intervensi : a. Pantau frekuensi dan karakteristik defekasi  R/: untuk mendeteksi konstipasi. b. Tingkatkan hidrasi adekuat  R/: untuk mencegah konstipasi. c. Berikan diet tinggi seratpada anak  R/: untuk meningkatkan evakuasi feses. d. Berikan pelunak feses, supositoria, atau laksatif sesuai kebutuhan dan instruksi  R/: untuk eliminasi usus. 4. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan kelemahan fisik • Tujuan: Adanya peningkatan toleransi aktivitas • Kriteria: Melaporkan/menunjukkan peningkatan toleransi terhadap aktivitas yang dapat diukur dengan tak adanya dispnea, kelemahan berlebihan, dan tanda vital dalam rentang normal. • Intervensi: a. Evalusi respon terhadap aktivitas. Catat laporan dispnea, peningkatan kelemahan/kelelahan dan perubahan TTV selama dan aktivitas.  R/ Menetapkan kemampuan/kebutuhan klien dan memudahkan pilihan intervensi b. Berikan lingkungan tenang dan batasi pengunjung selama fase akut sesuai indikasi.  R/ Menurunkan stress dan rangsangan berlebihan, meningkatkan istirahat c. Bantu klien memilih posisi nyaman untuk istirahat dan tidur.  R/Klien mungkun nyaman dengan kepala tinggi d. Bantu aktivitas perawatan diri yang diperlukan.  R/ Meminimalkan kelelahan dan membantu keseimbangan suplai 5. Risiko tinggi cedera berhubungan dengan hipotonia, hiperekstensibilitas sendi, instabilitas atlantoaksial • Tujuan : pasien tidak mengalami cedera yang berkaitan dengan aktifitas fisik • Intervensi : a. Anjurkan aktifitas bermain dan olahraga yang sesuai dengan maturasi fisik anak, ukuran , koordinasi, dan ketahanan  R/ : untuk menghindari cedera  Ajari keluarga dan pemberi perawatan lain (mis, guru/pelatih) gejala instabilitas atlantoaksial (nyeri leher, kelemahan, tortikolis)  R/ sehingga perawatan yang tepat dapat diberikan.  Laporkan dengan segera adanya kompresi medula spinalis (nyeri leher menetap, hilangnya keterampilan motorik stabil dan kontrol kandung kemih/usus, perubahan sensasi)  R/ untuk mencegah keterlambatan pengobatan 6. Kurangnya interaksi sosial anak b/d keterbatasan fisik dan mental yang mereka miliki. • Tujuan: kebutuhan akan sosialisasi terpenuhi • Intervensi: a. Motivasi orang tua agar memberi kesempatan anak untuk bermain dengan teman sebaya agar anak mudah bersosialisasi  R/ Pertukem anak tidak semaikin terhambat b. Beri keleluasaan / kebebasan pada anak untuk berekspresi  R/ Kemampuan berekspresi diharapkan dapat menggali potensi anak 7. Perubahan Proses Keluarga Berhubungan Dengan Mempunyai Anak Yang Menderita Sindrom Down. • Tujuan Untuk Keluarga 1 : Pasien (Keluarga) Menunjukan Perilaku Kedekatan Orang Tua Dan Bayi • Kriteria Hasil : Orang Tua Anak Menunjukan Perilaku Kedekatan. • Intervensi : a. Tunjukan penerimaan terhadap anak melalui perilaku anda sendiri  R/karena orang tua sensitive terhadap sifat efektif orang lain. b. Jelaskan pada keluarga molding atau clinging pada bayi adalah karakteristik fisik dari sidrom down.  R/karena hal ini mungkin di interpretasikan dengan mudah sebagai tanda ketidak dekatan atau penolakan. c. Anjurkan orng tua untuk membendung atau menyelimuti bayi dengan ketat dalam selimut.  R/untuk memberikan keamanan dan kompensassi terhadap kurangnya molding atau clinging. d. Rujuk ke pelayanan konseling genetic bila dindikasi dan / atau diinginkan  R/agar keluarga mendapatkan informasi dan dukungan. e. Rujuk pada organisasi dan kelompok orang tua yang di rancang untuk keluarga dengan anak sindrom down.  R/agar keluarga mendapatkan dukungan lanjutan. f. Tekanan aspek positif dari merawat anak dirumah  R/untuk membantu keluarga memaksimalkan potensi perkembangan anak. 8. Defisit pengetahuan (orang tua) b/d perawatan anak syndrom down. • Tujuan: orang tua/keluarga mengerti tentang perawatan pada anaknya • Criteria hasil : orangtua/keluarga mengerti dan berpartisipasi dalam perawatan anaknya. • Intervensi: a. Berikan motivasi pada orang tua agar memberi lingkungan yang memadai pada anak  R/ lingkungan yang memadai mendukung anak untuk berkembang b. Dorong partisipasi orang tua dalam memberi latihan motorik kasar dan halus serta pentunjuk agar anak mampu berbahasa  R/ Kemampuan berbahasa pada anak akan terlatih c. Beri motivasi pada orang tua dalam memberi latihan pada anak dalam aktivitas sehari-hari.  R/ Aktivitas sehari-hari akan membantu pertukem anak d) Evaluasi : a. Diagnose 1 : • Bayi mengkonsumsi makanan dengan jumlah adekuat yang sesuai dengan usia dan ukurannya • Keluarga melaporkan kepuasan dalam pemberian makanan • Bayi bertambah berat badannya sesuai dengan tabel perkembangan • Keluarga mendapatkan manfaat dari pelayanan spesialis b. Diagnose 2 : • Anak tidak menunjukkan adanya tanda-tanda infeksi atau distress pernafasan c. Diagnose 3 : • Anak tidak mengalami konstipasi d. Diagnose 4 : • Anak menunjukkan peningkatan dalam toleransi aktifitas e. Diagnose 5 : • Anak berpartisipasi dalam aktivitas bermain dan berolahraga • Anak tidak mengalami cedera yang berkaitan dengan aktivitas fisik f. Diagnose 6 : • Anak mampu bersosialisasi dan berinteraksi dengan baik sehingga anak dapat menjalin g. Diagnose 7 : • Orang tua dan anak menunjukkan prilaku kedekatan h. Diagnose 8 : • Keluarga mengetahui tentang perawatan pada anak dengan Sindrome Down • Keluarga berpartisipasi aktif dalam perawatan anaknya BAB II PENUTUP a. Kesimpulan Sindrom Down adalah kecacatan kromosom bercirikan kehadiran bahan genetik salinan tambahan kromosom pada keseluruhan trisomi 21 atau sebahagian, disebabkan translokasi kromosom (wikipedia melayu). Anak dengan sindrom down adalah individu yang dapat dikenali dari fenotipnya dan mempunyai kecerdasan yang terbatas, yang terjadi akibat adanya kromosom 21 yang berlebihan (Soetjiningsih). Penyebab yang spesifik belum diketahui, tapi kehamilan oleh ibu yang berusia diatas 35 tahun beresiko tinggi memiliki anak syndrom down. Karena diperjirakan terdapat perubahan hormonal yang dapat menyebabkan “non-disjunction” pada kromosom yaitu terjadi translokasi kromosom 21 dan 15. Hal ini dapat mempengaruhi pada proses menua. b. Saran Dalam melakukan perawatan pada anak dengan syndrome down, seorang perawat harus mempu mengajak keluarga untuk aktif berpartisipasi dalam setiap kegiatan keperawatan. Hal ini ditujukan untuk memberikan pendidikan kepada keluarga karena setelah keluar dari rumah sakit maka keluargalah yang dituntut untuk bisa melakukan perawatan home care. DAFTAR PUSTAKA Arif, mansjoer (2000). Kapita selekta kedokteran. Jakarta: EGC. Behrman (2000). Nelson ilmu kesehatan anak. Jakarta: EGC Bobak (2005). Buku ajar keperawatn maternitas. Jakarta: EGC. Doenges (2000). Rencana asuhan keperawatan; pedoman untuk perencanaan dan pendokumentasian perawatan pasien. Jakarta: EGC. http://aniksafitri.blogspot.com/2011/08/asuhan-keperawatan-anak-dengan-down.html http://azzamfikrie.blogspot.com/2012/05/askep-pada-down-syndrom.html http://h-bie2.blogspot.com/2009/02/blog-post.html diakses pada 04-05-2010:21.37 http://id.answers.yahoo.com/question/index?qid=20080918190804AAHRA1K http://link.cd2000.net/cache/?s=http://varyaskep.wordpress.com/2009/01/21/down-syndrom-pada-anak/ diakses pada 04-05-2010: 21.20 WIB http://nursing-academy.blogspot.com/2011/09/askep-anak-dengan-down-syndrome.html http://varyaskep.wordpress.com/2009/01/21/down-syndrom-pada-anak/ http://varyaskep.wordpress.com/2009/01/21/down-syndrom-pada-anak/ http://www.meriam-sijagur.com/index.php/lifestyle/534-penyakit-sindrom-down.html Indonesia, Universitas.1991.Buku Kuliah Ilmu Kesehatan Anak. Jakarta:Infomedika Soetjiningsih.1995. Tumbuh Kembang Anak . Cet 1.Jakarta:EGC Triyanto Saudin, Down Syndrome, www.wikipedia.com Wong, Donna L. 2003. Pedoman Klinis Keperawatan Pedriatrik Edisi 4. Jakara: EGC